Paper
Terkait Limbah Rumah Tangga dan Limbah Organik
(Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengelolaan Limbah)
Oleh
:
DWI
BETARI KARLINA
122110101065
KELAS
A
ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
UNIVERSITAS JEMBER
2014
TOPIK 1 : Terkait Limbah Rumah Tangga
Senin,
13/01/2014 16:01 WIB
Sampah Rumah Tangga Penuhi Kali Ciliwung yang Meluap di Kampung Melayu
Nur Khafifah - detikNews
Jakarta - Sampah menjadi salah satu
penyebab banjir di Jakarta. Ini bukan isapan jempol, tengok saja di Kp Melayu,
Jaktim. Sampah rumah tangga memenuhi Kali Ciliwung yang meluap.
Sampah berupa botol minuman, kardus, kayu, styrofoam hingga kasur masih tampak menggenangi kali yang meluap ini, Senin (13/1/2014).
Sampah yang bertebaran itu menjadi bukti kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya masih kurang. Perda nomor 3/2013 tentang larangan membuang sampah sembarangan tampaknya masih belum dipatuhi.
Sampah-sampah tersebut terganjal di bawah jembatan karena debit air sama dengan permukaan jembatan. Tumpukan sampah ini menimbulkan bau tak sedap.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh warga untuk memulung. Tampak 5 orang pria memungut botol-botol yang menumpuk di kali tersebut. Mereka mengumpulkannya dengan kantong untuk kemudian dijual kembali.
"Saya sehari-hari memang mulung, hasil pulungan saya yang kemarin malah hancur karena banjir," ujar Dakim (48) di lokasi.
Dakim selama ini tinggal di bawah kolong jembatan Kampung Melayu. Meski tergenang banjir dan kerap digusur, pria ini belum berminat untuk pindah tempat tinggal.
Timbunan sampah ini juga menjadi tontonan warga. Mereka melihat sampah tersebut dari atas jembatan Kampung Melayu.
Sampah berupa botol minuman, kardus, kayu, styrofoam hingga kasur masih tampak menggenangi kali yang meluap ini, Senin (13/1/2014).
Sampah yang bertebaran itu menjadi bukti kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya masih kurang. Perda nomor 3/2013 tentang larangan membuang sampah sembarangan tampaknya masih belum dipatuhi.
Sampah-sampah tersebut terganjal di bawah jembatan karena debit air sama dengan permukaan jembatan. Tumpukan sampah ini menimbulkan bau tak sedap.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh warga untuk memulung. Tampak 5 orang pria memungut botol-botol yang menumpuk di kali tersebut. Mereka mengumpulkannya dengan kantong untuk kemudian dijual kembali.
"Saya sehari-hari memang mulung, hasil pulungan saya yang kemarin malah hancur karena banjir," ujar Dakim (48) di lokasi.
Dakim selama ini tinggal di bawah kolong jembatan Kampung Melayu. Meski tergenang banjir dan kerap digusur, pria ini belum berminat untuk pindah tempat tinggal.
Timbunan sampah ini juga menjadi tontonan warga. Mereka melihat sampah tersebut dari atas jembatan Kampung Melayu.
ANALISIS :
1. What (Apa yang terjadi dalam berita
tersebut?)
Berita
tersebut memuat tentang meluapnya Kali Ciliwung yang disebabkan oleh banyaknya
sampah yang terdapat di Kali Ciliwung. Sampah-sampah tersebut memenuhi Kali
Ciliwung hingga meluap dan menyebabkan banjir. Sampah-sampah tersebut terganjal
di bawah jembatan karena debit air sama dengan permukaan jembatan. Tumpukan
sampah ini menimbulkan bau tak sedap. Sampah di Kali Ciliwung ini kebanyakan terdiri
dari botol minuman, kardus, kayu, styrofoam hingga kasur yang sudah tidak
digunakan lagi oleh pemiliknya. Hal ini tentu akan menimbulkan berbagai masalah
bagi masyarakat di sekitar Kali Ciliwung terutama masalah kesehatan.
2.
Where (Dimana
peristiwa tersebut terjadi?)
Peristiwa
tersebut terjadi di sepanjang Kali Ciliwung khusunya pada kampung Melayu
Jakarta Timur.
3.
When (Kapan
peristiwa tersebut terjadi?)
Peristiwa tersebut
terjadi pada saat musim penghujan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh masyarakat
setempat untuk memulung. Mereka mengumpulkan sampah-sampah yang ada di bawah
jembatan Kampung Melayu dengan kantong untuk kemudian dijual kembali guna
memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
4.
Who (Siapa
yang berkontribusi paling besar dalam meluapnya Kali Ciliwung?)
Yang memiliki kontribusi terbesar dalam meluapnya Kali Ciliwung tersebut adalah masyarakat di sekitar Kali Ciliwung. Masyarakat di sekitar Kali membuang sampah-sampahnya di Kali Ciliwung sehingga debit air sungai berkurang dan menyebabkan Kali Ciliwung meluap.
5.
Why (Mengapa
masyarakat masih membuang sampah di Kali Ciliwung?)
Masyarakat masih banyak yang membuang sampah di Kali Ciliwung meskipun
larangan membuang sampah sembarangan telah diberlakukan.
Hal ini disebabkan oleh :
· Kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kesehatan
· Banyak
masyarakat yang masih sulit berpartisipasi untuk membuang sampah pada tempatnya
dan memelihara kebersihan.
· Kurangnya
pengetahuan, sehingga banyak masyarakat yang belum mengerti akan bahaya atau
dampak negatif dari pembuangan limbah yang sembarangan.
· Masih
kurangnya teknologi tepat guna yang dapat menangani sekaligus memanfaatkan
limbah padat menjadi komoditi yang bernilai ekonomi tinggi.
Hal ini
terbukti dengan salah satu warga yang bernama Dakim. Selama ini dia tinggal di
bawah kolong jembatan Kampung Melayu. Meski tergenang banjir dan kerap digusur,
pria ini belum berminat untuk pindah tempat tinggal.
6. How (Bagaimana solusi yang tepat
untuk mengatasi masalah tersebut?)
Segala usaha yang dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke Kali Ciliwung tentu sangat membutuhkan peran serta dan kesadaran semua pihak terutama bagi masyarakat setempat. Masyarakat diharapkan untuk tidak lagi membuang sampah di Kali Ciliwung.Sebaiknya masyarakat mengolah sampah-sampah tersebut dan didaur ulang sehingga sampah tersebut dapat bermanfaat kembali. Apabila tidak dapat didaur ulang maka diperlukan proses untuk memusnahkan sampah-sampah tersebut sebelum dibuang ke alam, misalnya melalui proses pembakaran. Namun hasil dari proses pembakaran tersebut perlu diproses kembali agar tidak berbahaya bagi lingkungan.Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi sumber sampah diantaranya meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang agar tidak cepat menjadi sampah serta meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah, misalnya pembungkus plastik diganti dengan pembungkus kertas.
Pemerintah
juga ikut berperan dalam mengurangi pembuangan limbah ke Kali. Pemerintah
bersama dengan petugas kesehatan atau perangkat desa setempat melakukan
penyuluhan masyarakat setempat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan
kesehatan. Pemerintah juga dapat menyediakan fasilitas pengolahan sampah secara
"breakdown area" artinya sampah yang dapat diolah langsung oleh para
penghasil utama sampah harus diberikan ruang dan dikembangkan secara tepat
guna, tepat teknologi, dan tepat terapan.
TOPIK 2 : Terkait Limbah Organik
Senin, 28 Maret 2011 | 12:34 WIB
Tiap Hari Kali Surabaya Digelontor 75 Ton Tinja
Unjuk rasa
memprotes pencemaran Sungai Surabaya oleh tinja di Surabaya.
TEMPO/Fatkhurrohman Taufiq
TEMPO Interaktif, SURABAYA - Lembaga ekologi dan konservasi
lahan basah, Ecoton Surabaya, Senin (28/3) kembali berunjuk rasa untuk
menyelamatkan Sungai Surabaya dari segala pencemaran.
Dengan menggunakan sebuah rakit penuh dengan water closet (WC), para aktivis Ecoton membantangkan spanduk bertuliskan "bebaskan kali Surabaya dari tinja".
Aksi dilakukan dengan menyusuri sungai dari kawasan pintu air Gubeng hingga ke sekitar Monumen Kapal Selam Surabaya. "Kami tidak akan bosan untuk kampanyekan stop pencemaran kali Surabaya," kata Direktur Ecoton, Prigi Arisandi, usai menggelar aksi.
Hasil investigasi yang dilakukan Ecoton menunjukan di kawasan sungai yang melalui wilayah Sidoarjo, misalnya, jumlah WC terapung (biasa disebut WC helikopter) mencapai 582 buah, sedangkan di kawasan Surabaya WC helikopter mencapai 700 buah.
Tak hanya itu, sebanyak 6.170 rumah warga yang berada di bantaran sungai juga saluran WC-nya diarahkan ke dalam sungai. Akibatnya, Sungai Surabaya tiap harinya digelontor sebanyak 75,5 ton limbah domestik per hari.
Padahal, selama ini air Sungai Surabaya dijadikan sebagai bahan baku utama PDAM. "96 persen bahan baku PDAM diambil dari kali ini," ujar Prigi.
Dengan menggunakan sebuah rakit penuh dengan water closet (WC), para aktivis Ecoton membantangkan spanduk bertuliskan "bebaskan kali Surabaya dari tinja".
Aksi dilakukan dengan menyusuri sungai dari kawasan pintu air Gubeng hingga ke sekitar Monumen Kapal Selam Surabaya. "Kami tidak akan bosan untuk kampanyekan stop pencemaran kali Surabaya," kata Direktur Ecoton, Prigi Arisandi, usai menggelar aksi.
Hasil investigasi yang dilakukan Ecoton menunjukan di kawasan sungai yang melalui wilayah Sidoarjo, misalnya, jumlah WC terapung (biasa disebut WC helikopter) mencapai 582 buah, sedangkan di kawasan Surabaya WC helikopter mencapai 700 buah.
Tak hanya itu, sebanyak 6.170 rumah warga yang berada di bantaran sungai juga saluran WC-nya diarahkan ke dalam sungai. Akibatnya, Sungai Surabaya tiap harinya digelontor sebanyak 75,5 ton limbah domestik per hari.
Padahal, selama ini air Sungai Surabaya dijadikan sebagai bahan baku utama PDAM. "96 persen bahan baku PDAM diambil dari kali ini," ujar Prigi.
Karenanya, selain mengkampanyekan stop membuang tinja ke sungai, Ecoton
juga mendesak pemerintah segera melakukan pengelolaan dan penyelamatan terhadap
kwalitas Sungai Surabaya.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kwalitas air dan pengendalian pencemaran air jelas menyebutkan, pengelolaan sungai merupakan kewajiban pemerintah setempat. FATKHURROHMAN TAUFIQ
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kwalitas air dan pengendalian pencemaran air jelas menyebutkan, pengelolaan sungai merupakan kewajiban pemerintah setempat. FATKHURROHMAN TAUFIQ
ANALISIS
:
1.
What
(Apa yang terjadi dalam berita tersebut?)
Berita
tersebut tentang Lembaga ekologi dan konservasi lahan basah, Ecoton
Surabaya yang berunjuk rasa untuk menyelamatkan Sungai Surabaya dari segala
pencemaran terutama dari pencemaran kotoran manusia (tinja).
2.
Where
(Dimana peristiwa tersebut terjadi?)
Unjuk rasa tersebut berlangsung di Surabaya. Aksi tersebut
dilakukan dengan menyusuri sungai dari kawasan pintu air Gubeng hingga ke sekitar
Monumen Kapal Selam Surabaya dengan menggunakan sebuah rakit penuh dengan water
closet (WC). Para aktivis Ecoton membantangkan spanduk bertuliskan "bebaskan
kali Surabaya dari tinja" sebagai aksi protes terhadap pencemaran di
Sungai Surabaya yang semakin hari semakin memprihatinkan.
3.
When
(Kapan aksi protes tersebut berlangsung?)
Unjuk rasa tersebut dilakukan pada hari Senin
tanggal 28 Maret 2011 dan aksi tersebut akan terus dilakukan untuk
menyelamatkan Sungai Surabaya dari segala pencemaran terutama pencemaran tinja.
4.
Who
(Siapa yang melakukan aksi unjuk rasa tersebut?)
Unjuk
rasa tersebut dilakukan oleh Lembaga ekologi dan konservasi lahan basah Ecoton
Surabaya.
5.
Why
(Mengapa Lembaga ekologi
dan konservasi lahan basah Ecoton Surabaya berunjuk rasa?)
Tinja merupakan sampah rumah tangga yang sangat berbahaya dan tidak disarankan sama sekali untuk mermbuang tinja ke badan air. Pembuangan limbah kotoran manusia ke sungai tidak hanya menimbulkan bau, tapi juga pencemaran dan mengganggu estetika alam. Air sungai mudah terkontaminasi bakteri salah satunya bakteri Escherichia coli yang dapat menyebabkan penyakit diare.
Hasil
investigasi yang dilakukan Ecoton menunjukan di kawasan sungai yang melalui
wilayah Sidoarjo, misalnya, jumlah WC terapung (biasa disebut WC helikopter)
mencapai 582 buah, sedangkan di kawasan Surabaya WC helikopter mencapai 700
buah. Tak hanya itu, sebanyak 6.170 rumah warga yang berada di bantaran sungai
juga saluran WC-nya diarahkan ke dalam sungai. Akibatnya, Sungai Surabaya tiap harinya
digelontor sebanyak 75,5 ton limbah domestik per hari.
Padahal, selama ini air Sungai Surabaya dijadikan sebagai bahan baku utama PDAM.
Padahal, selama ini air Sungai Surabaya dijadikan sebagai bahan baku utama PDAM.
Hal ini yang mendasari Ecoton Surabaya melakukan aksi unjuk rasa tersebut. Selain
mengkampanyekan stop membuang tinja ke sungai, Ecoton juga mendesak pemerintah
segera melakukan pengelolaan dan penyelamatan terhadap kwalitas Sungai
Surabaya.
6.
How
(Bagaimana solusi yang tepat atas masalah tersebut?)
Masyarakat di
sekitar Kali memiliki peranan utama dalam hal ini. Kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kesehatan, Banyak
masyarakat yang masih sulit berpartisipasi untuk membuang sampah pada tempatnya
dan memelihara kebersihan, Kurangnya pengetahuan sehingga banyak masyarakat
yang belum mengerti akan bahaya atau dampak negatif dari pembuangan limbah yang
sembarangan mungkin menjadi faktor penyebab masyarakat masih membuang limbahnya
ke sungai.
Pemerintah
memegang peranan penting dalam upaya menekan angka pencemaran Sungai, terutama
pencemaran oleh tinja. Pemerintah dapat membuat program WC umum bekerja sama
dengan LSM untuk melaksanakan program tersebut. Pemerintah beserta petugas kesehatan atau perangkat desa
setempat dapat melakukan penyuluhan secara rutin tentang dampak pencemaran
tinja kepada masyarakat sekitar Sungai. Penyuluhan ini bertujuan agar masyarakat
menyadari akan pentingnya kelestarian dan kesehatan lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Soemirat, Juli. 2004. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta
Suyono, dkk. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan Lingkungan.
EGC:Jakarta.
Serial online http://news.detik.com/read/2014/01/13/160118/2466338/10/sampah-rumah-tangga-penuhi-kali-ciliwung-yang-meluap-di-kampung-melayu?nd771104bcj
(diakses pada tanggal 12 Maret 2014)
Serial online http://www.tempo.co/read/news/2011/03/28/180323305/Tiap-Hari-Kali-Surabaya-Digelontor-75-Ton-Tinja
(diakses pada tanggal 12 Maret 2014)