twitter







“OBAT CACING DAN OBAT MALARIA”


PAPER
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi Sosial dan Pengenalan Obat )

Oleh :

Titik Latifah Nur Aini                         (092110101107)
Niza Zulnia P                                      (112110101042)
Dwi Betari Karlina                              (122110101065)
Arum Melati Sekar K                          (122110101107)
Indah Ningtiyas H                              (122110101134)
Restya Arni P                                      (122110101151)


KELOMPOK 8
KELAS B

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2014
A.  Obat Cacing
                1.            Befenium hidroksinaftoat
Befenium hidroksinaftoat merupakan senyawa ammonium kuartener berbentuk kristal berwarna kuning pucat, rasa pahit, dan sedikit larut dalam air.
a)      Dosis
Pasien
Dosis Optimal
Dewasa
5 gram
Anak-anak dengan BB < 22 kg
2,5 gram

Pasien dengan infestasi N. americanus diperlukan pengobatan 3 hari berturut-turut. Apabila terdapat diare yang menyertai infestasi cacing tambang, pengobatan diperlukan selama 4-7 hari.
b)      Efek Samping
Obat ini tidak menunjukkan efek samping yang serius, hanya mual dan muntah yang mungkin disebabkan karena rasa pahit dari obat.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Obat ini menyebabkan paralisis otot cacing karena kepekaanya terhadap asetilkolin hilang dan efek ini tidak reversibel. Penyerapan di usus hanya sedikit dan dalam waktu 24 jam tidak lebih dari 0,5% yang dikeluarkan bersama urin. Informasi tentang keamanan obat pada wanita hamil tidak ada, maka resiko terhadap fetus harus dipertimbangkan.
d)     Nama Dagang
·         Alcopar

                2.            Dietilkarbamazin
Dietilkarbamazin merupakan obat pilihan pertama untuk filariasis. Obat ini dipasarkan sebagai garam sitrat, berbentuk kristal, tidak berwarna, rasanya tidak enak dan mudah larut dalam air.


a)      Dosis
Pasien
Dosis
Dewasa dan anak yang terkena infestasi W. bancrofti, B. malayi, dan Loa-loa.
2 mg/kgBB 3xsehari, setelah makan selama 10-30 hari (umumnya 14 hari).
Dewasa dan anak yang terkena infestasi O. volvulus.
Dosis awal 25 mg sehari selama 3 hari, dosis ditingkatkan dengan 1 mg/kgBB sehari dalam dosis terbagi sampai mencapai dosis maksimum 2 mg/kgBB selama 21 hari.
Bayi dan anak kecil.
0,5 mg/kgBB 3xsehari (maksimal 25 mg/hari) selama 3 hari dilanjutkan dengan 1 mg/kgBB 3xsehari (maksimal 100 mg/hari) selama 3 hari dan 2 mg/kgBB 3xsehari (maksimal 150 mg/hari) selama 2-3 minggu.
Pengobatan masal pada infestasi W. brancofti.
5-6 mg/kgBB cukup 1 hari/minggu atau 6-12 dosis/bulan.

b)      Efek Samping
Dietilkarbamazin relatif aman pada dosis terapi. Efek samping seperti pusing, malaise, nyeri sendi, anoreksia dan muntah akan hilang apabila pengobatan dihentikan. Timbul uveitis anterior yang berat pada infeksi berat. Reaksi alergi dapat timbul langsung akibat matinya parasit atau substansi yang dilepaskan oleh mikrofilaria yang hancur.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Dietilkarbamazin menyebabkan hilangnya mikrofilaria W. bancrofti, B. malayi, dan Loa-loa dari peredaran darah dengan cepat. Mikrofilaria O. volvulus hilang dari kulit, tetapi mikrofilaria dan cacing dewasa (betina) yang terdapat di nodulus tidak dimatikan. Begitu juga dengan mikrofilaria W. bancrofti dalam hidrokel tidak dipengaruhi. Cara kerja obat terhadap mikrofilaria adalah dengan dua cara yaitu menurunkan aktivitas otot sehingga parasit seakan-akan mengalami paralisis dan mudah terusir dari tubuh hospes, serta menyebabkan perubahan pada permukaan membrane mikrofilaria sehingga lebih mudah dihancurkan oleh daya pertahanan hospes.
Dietilkarbamazin cepat diabsorpsi dari usus setelah pemberian dosis tunggal oral sebanyak 200-400 mg dan kadar puncak dalam darah dicapai dalam waktu 1-2 jam. Konsentrasi efektif dietilkarbamazin dalam darah berkisar antara 0,8-1 mcg/ml. distribusi obat merata ke seluruh jaringan kecuali jaringan lemak. Obat diekskresikan bersama urin dalam waktu 30 jam, 70% dalam bentuk metabolitnya.
d)     Nama Dagang
·         Hetrazan
·         Filarzan
                3.            Diklorofen
Berbentuk bubuk warna krem dengan baud an rasa mirip fenol dan hampir tidak larut dalam air.
a)      Dosis
Diklorofen tablet mengandung 0,5 gram zat aktif secara oral dengan 3 kali 2-3g tiap 8 jam (anak 1-2 gram) sesudah terapi tidak diperlukan pencahar karena metabolit obat ini memberikan efek pencahar yang adekuat.
b)      Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan biasanya kolik, mual, muntah, diare yang berlangsung 4-6 jam. Kadang-kadang timbul urtikaria tetapi hilang setelah 24 jam.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Diklorofen merupakan obat yang berupa bubuk warna krem dengan bau dan rasa menyerupai fenol, hampir tidak larut dalam air. Cara kerjanya belum diketehui dengan jelas. Segera setelah obat diberikan maka skoleks terlepas dari mukosa usus, mati dan dicerna oleh usus, sehingga segmen yang matang susah atau sedikit ditemukan dalam tinja. Dikontraindikasiakan pada penderita penyakit hepar dan bula efek pencahar tidak diinginkan seperti kehamilan tua, penyakit yang disertai demam dan penyakit jantung berat.
d)     Nama Dagang
·         Anthiphen ((May & Baker, South Africa)
·         Balsafissan
·         Fissa-Brust-werzensalbe
·         Germolene
·         Mycota
·         Onychofissan
·         Ovis (Warner, Germany)
·         Savogerm
·         Plath-Lyse (Genevrier, France)
·         Wespuril (Spitzner, Germany)
                4.            Levamisol
Levamisol adalah isomer dari tetramisol yang memiliki efek antelmintik sedangkan tetramisol merupakan derivat sintetik dari imidazotiazol.
a)      Dosis
Dosis lazim dewasa untuk ascariasis adalah 150mg, secara oral dalam dosis tunggal; untuk anak: 3 mg/kg sebagai dosis tunggal. Untuk infeksi hookworm atau gabungan infeksi ascariasis- hookworm untuk dewasa dan anak-anak diberikan 2,5mg/kg sebagai dosis tunggal diulangi setelah 7 hari jika terjadi infeksi hookworm parah.
b)      Efek Samping
Mual, muntah,diare, sakit kepala, reaksi hipersensitif, arthralgia, sakit otot, ruam kulit, insomnia, gangguan hematologi seperti agranulositosis, leukopenia, trombositopenia, gangguan saluran pencernaan termasuk rasa tidak enak di mulut.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Penggunaan levamisol dengan warfarin menyebabkan inhibisi metabolisme warfarin. Peningkatan konsentrasi fenitoin jika digunakan bersamaan levamisol dan fluorourasil.
Penggunaan levamisol harus dihindari pada pasien arthritis rematik, pasien gangguan darah dan pasien yang menggunakan fluorourasil.
d)     Nama Dagang
·         Ascaridil
·         Askamex
·         Bizome
                5.            Mebendazol
Mebendazol merupakan antelmintik yang memiliki spektrum paling luas. Mebendazol berupa bubuk berwarna putih kekuningan, tidak larut dalam air, tidak bersifat higroskopis sehingga stabil dalam keadaan terbuka dan rasanya enak.
a)      Dosis
Pasien
Dosis
Anak dan dewasa.
2x100 mg sehari selama 3 hari berturut-turut untuk askariasis, trikuris, dan infestasi cacing tambang.
Pasien dengan infestasi T. solium
2x300 mg sehari selama 3-4 hari akan menghasilkan efek penyembuhan 73-100%.
Pasien dengan infestastasi kista hidatid.
50 mg/kgBB per hari.
Pasien dengan infestasi visceral larva migrans.
200-400 mg sehari selama 5 hari
Pasien dengan infestasi strongyloidiasis.
Dosis standart selama 3 hari.
Pasien dengan cacing kremi
100 mg dengan dosis tunggal.

b)      Efek Samping
Efek samping yang kadang ditimbulkan adalah diare dan sakit perut ringan yang bersifat sementara. Gejala tersebut biasanya terjadi pada infestasi askaris berat yang disertai ekspulsi atau keluarnya cacing lewat mulut.
c)      Interaksi dan Kobtraindikasi
Mebendazol menyebabkan kerusakan struktur subseluler dan menghabat sekresi asetilkolinesterase cacing. Obat ini juga menghambat  penyerapan glukosa secara ireversibel sehingga terjadi deplesi glikogen pada cacing. Cacing akan mati secara perlahan-lahan dan hasil terpai akan terlihat setelah 3 hari pemberian obat. Obat ini juga menimbulkan sterilitas pada telur cacing T. trichiura, cacing tambang, dan askariasis sehingga telur gagal berkembang menjadi larva. Namun, larva yang sudah matang tidak dapat dibunuh dengan mebendazol.
d)     Nama Dagang
·         Vermox
·         Gavox
·         Trivexan
·         Vercid
                6.            Niklosamid
Niklosamid merupakan bubuk berwarna putih kekuningan, tidak beras, tidak berbau, dan tidak larut dalam air.
a)      Dosis
Niklosamid tersedia dalam bentuk tablet kunyah 500 mg yang harus dimakan dalam keadaan perut kosong. Untuk orang dewasa diperlukan dosis tunggal 2 gram, sedangkan untuk anak dengan berat badan lebih dari 34 kg; 1,5 gram dan anak dengan berat badan antara 11-34 kg; 1 gram.
b)      Efek Samping
Niklosamid sedikit sekali diserap dan hampir bebas dari efek samping, kecuali sedikit keluhan sakit perut. Bahkan cukup aman untuk pasien hamil dan pasien dengan keadaan umum buruk (debilitated). Niklosamid tidak mengganggu fungsi hati, ginjal, dan  darah, juga tidak mengiritasi lambung.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Cacing yang dipengaruhi akan dirusak sehingga sebagian skoleks dan segmen dicerna dan tidak dapat ditemukan lagi dalam tinja.
Niklosamid merupakan obat alternatif setelah invermektin untuk T. Saginata, D latum, dan H. Nana. Sebagai taenisis, perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya sistiserkosis pada penggunaan untuk T.solium sebab niklosamid tidak merusak telur yang ada dalam segmen sehingga telur-telur yang masih hidup ini dilepas dalam lumen usus dari segmen cacing. Untuk mencegah ini perlu diberikan pencahar 1-2 jam sesudah menelan obat yang terakhir, agar sisa-sisa cacing keluar sebelum dicerna. Untuk T. Saginata tidak diperlukan pencahar karena bahaya sistiserkosis tidak ada. Bahaya sistiserkosis ini mengurangi manfaat niklosamid pada infeksi T. Solium.
d)     Nama Dagang
·         Cestocida
·         Sulqui
·         Tredemine
·         Vermitid
·         Yomesan
                7.            Niridazol
Niridazol merupakan bubuk kristal berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa, larut dalam air dan larutan organik.
a)      Dosis
25mg/kgBB tiap hari selama satu minggu.
b)      Efek Samping
Gangguan saluran cerna, sakit kepala, pusing. Efek pada pasien dengan penyakit hati karena naiknya kadar dalam darah terjadi bahaya halusinasi dan kejang seperti epilepsi.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Efek Niridazol terlihat pertama sebagai kerusakan gonad schistosoma, cacing betina lebih peka dibandingkan cacing jantan. Efek terhadap cacing ini memerlukan reduksi gugus nitro dari niridazol dan obat yang reaktif ini kemungkinan membentuk ikatan kovalen dengan makromolekul Schistosoma mansoni. Obat ini juga mengurangi respon radang terhadap infeksi D.medinensis dan deposit telur S.mansoni di jaringan. Efek ini mungkin terjadi karena terbentuknya metabolit niridazol yang menekan rekasi imun selular. Bekerja baik pada Schistosoma haematobium, kurang baik terhadap Schistosoma mansoni dan hampir tak bekerja terhadap Schistosoma japonicum. Tidak dianjurkan untuk pasien dengan riwayat epilepsi.
d)     Nama Dagang
·         Ambilhar
                8.            Oksamnikuin
Oksamnikuin merupakan derivat tetrahidrokuinolin.
a)      Dosis
Dosis yang dianjurkan untuk pemberian oksamnikuin adalah 12,5-15mg/KgBB/hari.
b)      Efek Samping
Pusing dan kantuk merupakan paling sering dilaporkan. Kejang terjadi pada beberapa penderita terutama yang mempunyai riwayat epilepsi.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Interaksi obat belum diketahui tatapi pada pengobatan dengan oksamnikuin cacing akan berpindah daru pembuluh mensenterika ke hati dalam beberapa hari. Kemudian cacing betina yang berhasil tetap hidup akam kembali ke pembuluh mesenterika tanpa jantannya dan tidak bertelur. Cacing jantan menetap di hati, sebagian besar akan mati. Obat ini memperlihatkan efek terhadap cacing dewasa dan larva dan merupakan obat terpilih untuk Schistosoma mansoni sedangkan untuk Schistosoma japonicum dan Schistosoma haematobium kurang efektif.
Obat ini dikontraindikasikan pada penderita epilepsi serta pada penderita gagal jantung, gagal ginjal, dan wanita hamil.
d)     Nama Dagang
·         Mansil
                9.            Piperazin
Piperazin mengandung 44% basa, garam sitrat, kalsium edetat, dan tartrat. Garam garam ini bersifat stabil nonhigroskopik berupa kristal putih yang sangat larut dalam air.
a)      Dosis
Askariasis:
·         Dosis dewasa adalah 3,5 gram sekali sehari selama 2 hari.
·         Dosis pada anak 75 mg/kgBB (maksimum 3,5 gram) sekali sehari selama 2 hari.
Enterobiasis:
·         Dosis dewasa dan anak 65 mg/kgBB (maksimum 2,5 gram) sekali sehari selama 7 hari.
b)      Efek Samping
Umumnya tidak menyebabkan efek samping pada dosis terapi. Kadang-kadang nausea, vomitus, diare, dan alergi. Dosis letal menyebabkan konvulsi dan depresi pernapasan. Selain itu dapat terjadi kelemahan otot, vertigo, kesulitan bicara, dan bingung yang akan hilang setelah pengobatan dihentikan.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Piperazin menyebabkan blockade respon otot cacing terhadap asetilkolin sehingga terjadi paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus. Cacing biasanya keluar 1-3 hari setelah pengobatan dan tidak diperlukan pencahar.
Piperazin dapat memperkuat efek kejang pada penderita epilepsi, oleh sebab itu piperazin tidak boleh diberikan pada penderita epilepsi, gangguan faal hati, dan ginjal. Pemberian obat pada penderita malnutrisi dan anemia berat perlu mendapatkan pengawasan karena piperazin nitrosamine. Penggunaan untuk wanita hamil hanya kalau benar-benar diperlukan atau apabila tidak tersedia obat alternatif lain.
d)     Nama Dagang
·         Tasnon
·         Vermicompren
            10.            Pirantel Pamoat
a)      Dosis
Dosis tunggal yang dianjurkan 10 mg/kgBB, dapat diberikan setiap saat tanpa dipengaruhi oleh makanan dan minuman. Untuk enterobiasis dianjurkan mengulang dosis setelah 2 minggu. Untuk infeksi N. americanus berat dilakukan pemberian selama 3 hari berturut-turut.
b)      Efek Samping
Efek samping pirantel pamoat jarang, ringan, dan bersifat sementara, misalnya keluhan saluran cerna, demam, dan sakit kepala.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Pirantel pamoat dan analognya menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi impuls sehingga cacing mati dalam keadaan spastis. Pirantel pamoat juga menghambat enzim kolinesterase sehingga akan meningkatkan kontraksi otot pada askariasis. Ekskresi pirantel pamoat sebagian besar bersama tinja, dan kurang dari 15% diekskresikan bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolitnya.
Penggunaan pirantel pamoat pada wanita hamil dan anak dibawah usia 2 tahun tidak dianjurkan. Selain itu pirantel pamoat juga tidak boleh digunakan bersama dengan piperazin karena kerjanya berlawanan. Penggunaannya harus hati-hati pada penderita dengan riwayat penyakit hati karena obat ini dapat meningkatkan SGOT pada beberapa penderita.
d)     Nama Dagang
·         Helmex
·         Combantrin
·         Helmitrin
·         Piraska
·         Trivexan
·         Wormetrin
            11.            Prazikuantel
Prazikuantel merupakan antelmintik berspektrum lebar dan efektif pada cestoda dan  trematoda pada hewan dan manusia. Prazikuantel berbentuk kristal, tidak berwarna, dan rasanya pahit.
a)      Dosis
Dosis dewasa dan anak-anak di atas umur 4 tahun:
·         Untuk infestasi S. Haematobium dan S. Mansoni diberikan dosis tunggal 40 mg/kgBB ; atau dosis tunggal 20 mg/kg BB yang diulangi lagi sesudah 4-6 jam.
·         Untuk infeksi S. Japonicum diberikan dosis tunggal 30 mg/kgBB yang diulangi lagi sesudah 4-6 jam.
·         Untuk D. Latum dan H. Nana diberikan dosis tunggal 15-25 mg/kgBB, sedangkan
·         untuk T. Saginata dan T. Solium diberikan dosis tunggal 5-10 gr/kgBB. Khusus untuk T. Solium, untuk mengurangi kemungkinan timbulnya sistiserkosis, dianjurkan pemberian pencahar 2 jam sesudah pengobatan.
·         Untuk Paragonimus westermani fascioliasis, clonorchis, opistorchiasis dosisnya 3 kali sehari 25 mg/kg BB selama 1-3 hari.
·         Prazikuantel harus diminum dengan air sesudah makan dan tidak boleh dikunyah karena rasanya pahit.
b)      Efek Samping
Efek samping timbul dalam beberapa jam setelah pemberian obat dan akan bertahan selama beberapa jam sampai 1 hari. Yang paling sering adalah sakit kepala, pusing, mengantuk, dan lelah ; dan yang lainnya adalah mual, muntah, nyeri perut, diare, pruritus, urtikaria, nyeri sendi dan otot, serta peningkatan enzim hati selintas. Demam ringan, pruritus, dan skin rashes disertai dengan peningkatan easinofil yang terlihat setelah beberapa hari pengobatan. Efek samping ini mungkin diakibatkan oleh pelepasan protein asing cacing yang mati. Intensitas dan frekuensi efek samping ini berkaitan dengan besarnya dosis dan beratnya infeksi. Untuk terapi neurocysticercosis efek samping muncul karena penggunaan dosis tinggi obat dan karena matinya parasit, sehingga seringkali diberikan bersama dengan kortikosteroid untuk mengurangi efek samping yang berat. Juga jangan digunakan untuk hal-hal sebagai berikut :
·         Ocular cysticercosis sebab kehancuran parasit di mata dapat menimbulkan cacat menetap.
·         Umur kurang dari 4 tahun, sebab keamanan obat untuk usia ini datanya belum mendukung.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
In vitro, prazikuantel diambil secara cepat dan reversible oleh cacing, tetapi tidak dimetabolisme. Kerjanya cepat melalui dua cara:
·         Pada kadar efektif terendah menimbulkan peningkatan aktivitas otot cacing, karena hilangnya Ca² intrasel sehingga timbul kontraksi dan paralisis spastik yang sifatnya reversible, yang mungkin mengakibatkan cacing terlepasnya dari tempatnya yang normal pada hospes, misalnya terlepasnya cacing S.mansoni dan S.japonicum dari vena mesentrika dan masuk ke hati.
·         Pada dosis terapi yang lebih tinggi prazikuantel mengakibatkan vakuolisasi dan vesikulasi tegumen cacing, sehingga isi cacing keluar, mekanisme pertahanan tubuh hospes dipacu dan terjadi kehancuran cacing. Mekanisme yang mendasari efek ini masih belum jelas. Pada hewan yang terinfeksi cacing skistosoma, prazikuantel efektif terhadap cacing dewasa jantan dan betina, dan juga efektif terhadap bentuk imatur.
Pada pemberian oral absorpsinya baik. Kadar maksimal dalam darah tercapai dalam waktu 1-3 jam. Metabolisme obat berlangsung cepat di hati melalui proses hidroksilasi dan konyugasi sehingga terbentuk produk yang efek antelmintik kurang aktif. Waktu paruh obat 0,8-1,5 jam. Ekskresi sebagian besar melalui urin dan sisanya melalui empedu. Hanya sedikit obat yang diekskresi dalam bentuk utuh. Kadar obat dalam air susu ibu adalah ¼ kali kadar plasma.
Sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil dan menyusui. Demikian pula pekerja-pekerja yang memerlukan koordinasi fisik dan kewaspadaan, harus diperingatkan mengenai efek kantuk yang terjadi pada pemakaian obat.
Kontraindikasi mutlak adalah pada ocular cysticercosis, sebab kehancuran parasit di mata dapat menyebabkan kerusakan mata yang tak dapat diperbaiki.
Pasien dengan gangguan fungsi hati memerlukan penyesuaian dosis. Pemberian bersama kortikosteroid untuk menekan reaksi inflamasi memerlukan pertimbangan karena kortikosteroid dapat mengurangi kadar plasma sampai 50%.
d)     Nama Dagang
·         Biltricide
·         Ceneride
·         Cesol
·         Cysticide
            12.            Tetrakloretilen
Tetrakloretilen adalah suatu hidrokarbon tak jenuh yang mengalami halogenasi. Senyawa ini merupakan zat cair, tidak berwarna, dan berbau eteris. Obat ini mudah rusak karena panas dan harus disimpan dalam tempat gelap dan dingin.
a)      Dosis
Obat diberikan dengan dosis tunggal 0,12 ml/kgBB dengan maksimum 5 ml.
b)      Efek Samping
Obat ini dapat menyebabkan perasaan panas dalam lambung, mual, dan muntah. Efek sentral dapat menimbulkan gejala seperti sakit kepala, vertigo, inebriation,sampai koma. Oleh sebab itu, penderita harus istirahat selama 4 jam sesudah pemberian obat.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Tetrakloretilen menyebabkan kelupuhan pada cacing sehingga dapat terlepas dari mukosa usus dan dikeluarkan dengan pencahar dalam keadaan hidup sebelum sempat melekat kembali ke usus.
Penderita anemia berat dapat mengalami kolaps selama pengobatan terutama yang diberikan pencahar. Obat ini juga sebaiknya tidak diberikan pada anak kecil yang sakit keras dan pada penderita penyakit hati.
d)     Nama Dagang
            13.            Tiabendazol
Tiabendazol merupakan antelmintik berspektrum lebar dan efektif untuk mengobati infestasi berbagai nematode pada manusia.
a)      Dosis
Dosis standar yang dianjurkan 2x25 mg/kgBB selama 2-5 hari. Bila masih ditemukan adanya lesi aktif , selang 2 hari kmudian dapat diberikan lagi satu rangkai pengobatan. Hasil yang baik juga dapat diperoleh lewat pemberian topikal salep tiabendazol 15% selama 5 hari. Untuk trikinosis dosis yang dianjurkan 2x25mg/kgBB selama 2-4 hari. Untuk visceral larva migrans dosis yang dianjurkan 2x25 mg/kgBB selama 7 hari. Untuk kapilariasis intestinal didapat hasil baik dengan dosis 2x12 mg/kgBB selama 30 hari.
b)      Efek Samping
Obat ini  memberikan efek samping anoreksia, mual,m untah, dan pusing. Dalam frekuensi yang lebih rendah juga terjadi diare, nyerii epigastrium, sakit kepala, pusing, lelah, gatal, dan kantuk. Oleh karena itu, pengobatan dnegan tiabendazol dianjurkan tidak melakukan kegiatan yang memerlukan kewaspadaan mental. Perubahan fungsi hati yang selintas dapat terjadi, maka penggunaannya harus hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Telah dilaporkan terjadinya perianal rashes, tinitus, hiperglikemi, konvulsi, lekopeni selintas, hematuri, kristaluri, gangguan penglihatan, kolestasis intrahepatik, kerusakan sel parenkim hati, ikterus, dan gangguan fungsi hati. Sindrom steven-johnson yang fatal dan keruskan hati yang ireversible juga telah dilaporkan. Pemberian dosis besar pada tikus dan mencit memperlihatkan efek teratogenik.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Tiabendazol cepat diserap melalui usus dan kaar puncak obat ini dalamdarah dicapai dalam waktu 1-2 jam. Dalam waktu 2 hari, 90% obat ini telah diekskresi bersama urin dalam bentuk hidroksi dan terkonyugasi. Obat ini juga dapat diserap oleh kulit.
Anak-anak dengan berat bada kurang dari 15 kg; aktivitas yang memerlukan kewaspadaan; dan reaksi hipersensitivitas pada gangguan fungsi hati atau ginjal, sebaiknya digunakan obat alternatif. Demikian juga pada wanita hamil, kecuali Strongyloidiasis yang mengancam kehidupan.
d)     Nama Dagang
·         Mintesol
            14.            Albendazol
a)      Dosis
Dosis umum untuk dewasa dan anak di atas 2 tahun adalah 400 mg sehari, diberikan sekaligus sebagai dosis tunggal. Tablet dapat dikunyah, ditelan atau digerus lalu dicampur dengan makanan.
b)      Efek Samping
Perasaan kurang nyaman pada saluran pencernaan dan sakit kepala pernah terjadi pada sejumlah kecil penderita, tetapi tidak dapat dibuktikan bahwa efek samping ini ada hubungannya dengan pengobatan. Juga dapat terjadi gatal-gatal dan mulut kering.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Albendazol berkhasiat membasmi cacing di usus yang hidup sebagai parasit tunggal atau majemuk. Albendazol efektif untuk pengobatan cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing kremi (Enterobius vermicularis), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), cacing pita (Taenia sp.) dan Strongyloides stercoralis.
Albendazol menunjukkan sifat teratogenik embriotoksis pada percobaan dengan hewan. Karena itu obat ini tidak boleh diberikan pada wanita yang sedang mengandung. Pada wanita dengan usia kehamilan masih dapat terjadi (15 – 40 tahun), albendazol dapat diberikan hanya dalam waktu 7 hari dihitung mulai dari hari pertama haid. Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati. Jangan diberikan pada ibu menyusui. Sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak di bawah umur 2 tahun.
d)     Nama Dagang
·         Albenza
·         Helben
·         Zentel
            15.            Ivermektin
a)      Dosis
·         Strongyloidiasis
Dosis yang dianjurkan dari Stromectol (ivermectin) untuk pengobatan strongyloidiasis adalah dosis oral tunggal yang dirancang untuk menyediakan sekitar 200 mcg ivermectin per kg berat badan. Lihat Tabel 1 untuk pedoman dosis. Pasien harus mengambil tablet pada waktu perut kosong dengan air. Secara umum, dosis tambahan tidak diperlukan. Namun, tindak lanjut pemeriksaan feses harus dilakukan untuk memverifikasi pemberantasan infeksi.
·         Onchocerciasis
Dosis yang dianjurkan dari Stromectol (ivermectin) untuk pengobatan onchocerciasis adalah dosis oral tunggal yang dirancang untuk menyediakan sekitar 150 mcg ivermectin per kg berat badan. Pasien harus mengambil tablet pada waktu perut kosong dengan air. Dalam kampanye distribusi massa dalam program pengobatan internasional, interval dosis yang paling umum digunakan adalah 12 bulan. Untuk pengobatan pasien individu, penafsiran dapat dianggap pada interval sesingkat 3 bulan.
b)      Efek Samping
Reaksi alergi berupa gatal-gatal, kesulitan bernapas,  pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan. Selain itu terjadi perubahan visi atau masalah dengan penglihatan, kemih atau usus, masalah kelemahan, kebingungan, kurangnya koordinasi,  kemerahan mata, bengkak, atau sakit, dan kejang-kejang. Efek samping ringan berupa mual, diare, pusing, pembengkakan tangan, pergelangan kaki, atau kaki, bengkak atau nyeri kelenjar getah bening, gatal atau ruam kulit, dan merasa bahwa ada sesuatu yang di mata.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Memperkuat peranan GABA pada proses transmisi di saraf tepi, sehingga cacing mati pada keadaan paralisis. Obat berefek terhadap mikrofilaria di jaringan dan dan embryogenesis pada cacing betina. Mikrofilaria mengalami paralisis, sehingga mudah dihancurkan oleh sistem retikulo-endotelial.
Kontraindikasi pada wanita hamil tidak diperkenankan diberikan bersama-sama barbiturate, benzodiazepine, dan asam valproat.
d)     Nama Dagang
·         Stromectol
B.  Obat Malaria
1.      Klorokuin dan Turunannya
           Klorokuin merupakan obat pilihan untuk pengobatan malaria nonfalcifarum dan falcifarum yang sensitif. Klorokuin hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit, tetapi tidak untuk parasit yang ada di jaringan.
a)      Dosis
·         Profilaksis:
Anak: Klorokuin basa 5 mg/kg/minggu pada hari yang sama disetiap minggunya (tidak lebih dari 300 mg Klorokuin basa/dosis). Pemberian ini dimulai 1-2 minggu sebelum berada di daerah endemik, dilanjutkan 4-6 minggu setelah berada di daerah endemik.
Dewasa: Klorokuin basa 300 mg/minggu pada hari yang sama disetiap minggunya. Pemberian ini dimulai 1-2 minggu sebelum berada di daerah endemik, dilanjutkan 4-6 minggu setelah berada di daerah endemik.
·         Serangan Akut:
Anak: Dosis awal Klorokuin basa 10 mg/kg, dilanjutkan dengan dosis tunggal sebesar 5 mg/Kg yang diberikan setelah 6 jam, kemudian dosis tunggal sebesar 5 mg/Kg/hari selama 2 hari.
Dewasa: Dosis awal Klorokuin basa 600 mg, dilanjutkan 6 jam kemudian dengan 300 mg, selanjutkan 300 mg/hari selama 2 hari (dosis kumulatif rata-rata 25 mg/kg Klorokuin basa).
b)      Efek Samping
Efek samping yang timbul karena penggunaan Klorokuin adalah gangguan saluran cerna, sakit kepala, kejang, depigmentasi atau rambut rontok, reaksi kulit (ruam, pruritis). Pemberian obat setelah makan dapat mengurangi beberapa efek yang tidak diinginkan seperti gangguan saluran pencernaan. Reaksi yang jarang terjadi meliputi hemolisis pada pasien yang mengalami defisiensi Glucase 6-Phosphate Dehidrogenase (G6PD), dan hipotensi. Pemberian dosis tinggi dalam jangka panjang pada penderita rematik akan menimbulkan ototoksisitas irreversible, retinopati, miopati, dan neuropati perifer. Abnormalitas ini jarang dijumpai bila diberikan dengan dosis standar mingguan untuk profilaksis.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
·         Meflokuin menyebabkan kejang.
·         Antikonvulsan menyebabkan antikonvulsan.
·         Amiodaron/halofantrin menyebabkan aritmia jantung.
Kontraindikasi pada pasien dengan psoriasis atau porfuria, karena berpotensi mencetuskan serangan akut dari penderita tersebut. Secara umum, sebaiknya Klorokuin tidak digunakan pada pasien dengan kelainan retina atau miopati. Selain itu klorokuin sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan penyakit hati, gangguan saluran cerna, gangguan neurologic, gangguan darah seperti G6PD, gangguan kulit berat seperti porfiria kutanea tanda dan psoriasis.
d)     Nama Dagang
·         Riboquin (Dexa Medica)
·         Nivaquine (Rhone Poulenc Rorer Indonesia)
2.      Pirimetamin
Pirimetamin ialah turunan pirimidin yang berbentuk bubuk putih, tidak berasa, tidak larut dalam air dan hanya sedikit larut dalam asam klorida.
a)      Dosis
Pirimetamin merupakan skizontosid darah kerja lambat yang mempunyai efek antimalaria yang mirip dengan efek proguanil tetapi lebih kuat karena bekerja langsung; waktu paruhnya juga lebih panjang. Untuk profilaksis, pirimetamin dapat diberikan seminggu sekali, sedangkan proguanil harus diberikan setiap hari. Dosi yang diberikan 50 – 75 mg/hari ( 1 mg/kg berat badan ) dosis 3 hari pertama. 25 mg/hari (0,5 mg/kg berat badan) selama 3 minggu sampai 1 bulan.
b)      Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan adalah depresi sistem hematopoesis, dosis besar dapat menyebabkan ruam kulit, insomnia.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat reduktase plasmodia pada kadar yang jauh lebih rendah daripada yang diperlukan untuk menghambat enzim yang sama pada manusia. Enzim ini bekerja dalam rangkaian reaksi sintesis purin, sehingga penghambatannya menyebabkan gagalnya pembelahan inti pada pertumbuhan skizon dalam hati dan eritrosit. Kombinasi dengan sulfonamid memperlihatkan sinergisme karena keduanya mengganggu sintesis purin pada tahap yang berurutan.
Tidak dianjurkan diberikan kepada pasien dengan gangguan fungsi hati/ ginjal serta wanita hamil dan menyusui.
d)     Nama Dagang
·         Fansidar
·         Suldox (Alpharma)
3.      Primakuin
a)      Dosis
Pengobatan radikal P. vivax dan ovale : Dewasa 250 microgram/kg perhari (atau 15 mg perhari) selama 14 hari. Anak : 250 microgram/kg perhari selama 14 hari.
b)      Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan dari pemberian obat ini adalah mual, muntah, sakit perut, dan anemia hemolitik.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Pengaruh Sitokrom P450: substrat CYP3A4, inhibisi CYP2D6, 3A4; Induksi CYP1A2. Peningkatan efek/toksisitas dengan meningkatkan toksisitas/ level kuinakrin oleh karena itu penggunaan primakuin bersama kuinakrin harus dihindari. Selain itu primakuin tidak boleh diberikan pada pasien yang baru saja menerima pengobatan kuinakrin.
Hipersensitifitas terhadap primakuin atau alkaloid sejenis, atau komponen lain dalam formulasi adalah pasien akut yang memiliki kecenderungan mengalami granulositopenia (arthritis rematoid, sindrom lupus erithematosus), pasien yang menggunakan obat lain yang mendepresi sumsum tulang jangan melampaui dosis yang dianjurkan (Contoh: kuinakrin bersama primakuine) serta pasien yang mendapatkan obat-obat yang potensial menyebabkan haemolisis.
d)     Nama Dagang
·         Neo – Kiniplex
·         Primaquin
4.      Kuinin dan Alkaloid Sinkona
a)      Dosis
·         Malarex Actavis:
Dewasa profilaksis 2 tab/minggu. Semi-imun, spt yang tinggal di daerah malaria: 2 tab tiap 1-2 minggu. Terapi Semi-imun: Dosis tunggal 4 tab. Non-imun: Dosis awal 4 tab setelah 6 jam 2 tab, kemudian 2 tab/hari selama 2 hari.
Anak dan bayi profilaksis dan terapi < 1 tahun ¼ tab, 1-3 tahun ½ tab, 3-6 tahun 2/3-1 tab, 6-12 tahun 1 ½ - 2 tab.
Amubiasis hati dewasa 4 tab/hari selama 2 hari kemudian 2 tab/hari selama 2-3 minggu. Anak 10 mg/kgBB/hari selama 3 minggu. Maks 600 mg/hari.
·         Resochin:
Tiap tab mg Chloroquine phosphate 250 mg, setara dengan Chloroquine base 150 mg.
Profilaksis Dewasa 300 mg chloroquine base 150 mg (2 tab) 1x/minggu pada hari yang sama selama mengalami pemaparan dan lanjutkan selama 4 minggu sesedah meninggalkan daerah malaria. Dosis dapat ditingkatkan s/d 600 mg (4 tab) 1x/hari untuk area yang memiliki transmisi malaria yang sangat tinggi.
Anak 5 mg/kg BB tiap minggu. Jangan melebihi dosis dewasa.
Serangan akut Dewasa hari 1: 600 mg (4 tab), dilanjutkan dengan 300 mg (2 tab)/hari sesudah 6-8 jam. Hari ke 2 dan 3: 300 mg (2 tab)/hari. Anak  hari ke 1: 10 mg/ kg BB (maks; 600 mg) dilanjutkan dengan dosis 5 mg/kg BB sesudah 6-8 jam. Hari ke 2 dan 3: 5 mg/kg BB
Amebiasis ekstraintestinal Dewasa 600 mg (4 tab)/hari selama 2 hari dilanjutkan dengan 300 mg (2 tab)/hari selama sekurang-kurangnya 2-3 minggu. Anak 10 mg/kg BB selama 2-3 minggu.
·         Riboquin:
Pencegahan dewasa 3 tab 1x/minggu, anak ¾- 1 ½ tab 1x/minggu.
Pengobatan  dewasa awal 6 tab kemudian 3 tab setiap 6-8 jam, anak 9-12 tahun 1 ½ tab 3x/hari atau ¾ tab 6x/hari, 6-8 tahun 2 tab 2x/hari, 4-5 tahun 1 ½ tab 2x/hari, 2-3 tahun ¾ tab 3x/hari, 1 tahun ½ tab 4x/hari, <1tahun ½ tab 2x/hari.
b)      Efek Samping
·         Malarex Actavis
Gangguan gastro intertinal, diare, pruritus, erupsi kulit, sakit kepala, gangguan penglihatan dan perubahan mental.
·         Resochin
Kerusakan retina yang irreversibel, kesulitan akomodasi mata, penglihatan berkabut, konvulsi, psikosis, mual, muntah, diare, kram abdomen, perubahan pigmentasi kulit, pruritus, rambut rontok, erupsi kulit sakit kepala ringan s/d berat, sindrom stevens-johnson, nekrolisis epidermal toksik.
·         Riboquin
Sakit kepala, gangguan gastro intestinal, pruritis, erupsi kulit, perubahan mental, gangguan penglihatan.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
·         Malarex Actavis
Kaolin, simetidin. Probenesid menyebabkan retinopati. Fenilbutazon dan preparat emas menyebabkan dermatitis.
·         Resochin
Preparat emas, fenilbutazon.
·         Riboquin
Kaolin, simetidin.
Kontraindikasi:
·         Malarex Actavis
Perubahan retina dan gangguan lapang pandang, hipersensitif, gangguan gastro intestinal, kelainan darah yang berat dan hamil.
·         Resochin
Hipersenssitif terhadap 4-aminokuinolon. Pasien dengan gangguan visual atau perubahan pada retina mata.
·         Riboquin
Perubahan retina dan penglihatan.
d)     Nama Dagang
·         Malarex Actavis
·         Resochin
·         Riboquin
5.      Proguanil
a)      Dosis
Dosis harian harus diambil pada waktu yang sama setiap hari dengan makanan atau minuman susu. Pencegahan malaria mulai pengobatan profilaksis dengan malarone 1 atau 2 hari sebelum memasuki area endemik malaria dan terus setiap hari selama tinggal dan selama 7 hari setelah kembali .
Dewasa: Satu malarone Tablet (kekuatan dewasa = 250 mg atovaquone/100 mg proguanil hydrochloride) per hari. Pediatric Pasien: dosis untuk pencegahan malaria pada pasien anak didasarkan pada berat badan.
b)      Efek Samping
Salah satu dari tanda-tanda reaksi alergi terhadap Malarone adalah gatal-gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan. Efek samping yang serius seperti muntah atau diare berat atau tidak terkontrol, demam, sariawan, masalah dengan mulut, keseimbangan, atau berjalan, ruam kulit yang parah; mual, sakit perut, hilangnya nafsu makan, urin berwarna gelap, tinja berwarna tanah liat, sakit kuning (menguningnya kulit atau mata), mudah memar, perdarahan yang tidak biasa (hidung, mulut, vagina, atau dubur), bintik-bintik ungu atau merah pinpoint di bawah kulit.
Efek samping yang kurang serius Malarone antara lain sakit perut ringan atau sakit perut, diare ringan, sakit kepala, gatal ringan, kelemahan, dan pusing.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Atovakuon selektif menghambat rantai transpor elektron parasit.
Proguanil, melalui metabolit cycloguanil, fungsi sebagai inhibitor reduktase dihydrofolate, menghentikan sintesis deoxythymidilate parasit.
Kontraindikasi dikenal reaksi hipersensitivitas serius terhadap atovakuon atau proguanil hydrochloride atau komponen lain dalam formulasi. Profilaksis dari P. falciparum malaria pada pasien dengan gangguan ginjal berat (bersihan kreatinin <30 mL / menit).
d)     Nama Dagang
·         Malarone
·         Malanil
6.      Meflokuin
a)      Dosis
Dosis tunggal sampai 1500 mg atau dosis mingguan 500 mg untuk 1 tahun.
b)      Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan adalah gangguan neuropsikiatri.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Meflokuin diserap di saluran cerna dan terikat pada protein plasma. Saluran cerna merupakan reservoir untuk meflokuin karena obat ini mengalami sirkulasi enterohepatik dan enterogastrik. Ekskresi melalui feses dan hanya sedikit yang melalui urin.
Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan bayi karena efek mutagenik, karsinogenik, dan teratogenik belum ada penelitian lanjut.
d)     Nama Dagang
·         Lariam
7.      Halofantrin
a)      Dosis
Halofantrin sebaiknya diminum ketika waktu perut kosong untuk mengurangi kemungkinan efek samping. Dosis oral (larutan oral dan tablet) adalah:
·         Dewasa dan anak dengan berat badan di atas 37 kg (81 pon): 500 mg diminum pada saat perut kosong setiap enam jam tiga kali sehari selama satu hari. Pengobatan mungkin perlu diulang setelah satu minggu.
·         Anak-anak dengan berat badan 23-31 kg (51-68 pon): 250 mg diminum pada saat perut kosong setiap enam jam tiga kali sehari selama satu hari.
·         Anak-anak dengan berat badan 32-37 kg (70-81 pon): 375 mg diminum pada saat perut kosong setiap enam jam tiga kali sehari selama satu hari.
b)      Efek Samping
Efek yang ditimbulkan antara lain sakit kepala, nyeri dan sakit sendii, sembelit, sering buang air kecil, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, dan kulit gatal atau ruam.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap sulfonamide, gagal hati atau gagal ginjal yang parah, enseflopati hati, hypokalemia, atau gout. Kontraindikasi terhadap wanita hamil.
d)     Nama Dagang
·         Natrilix SR
8.      Tetrasiklin
a)      Dosis
Dosis dewasa yang dianjurkan adalah 4 kali sehari 250 mg atau 2 kali sehari 500 mg selama 7-10 hari.
b)      Efek Samping
Gangguan Gl, superinfeksi, hepatotoksik dan nefrotoksik. Jarang, peningkatan TIK. Dapat mengeksaserbasi SLE. Perubahan warna gigi dan hipoplasia gigi pada masa pertumbuhan, tidak boleh diberikan pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak di bawah 8 tahun karena dapat menyebabkan perubahan warna gigi dan gangguan pertumbuhan gigi dan tulang.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Interaksi absorpsi bekurang oleh antasid, susu. Obat hepatotoksik oral. Meningkatkan efek antikoagulan.
Hipersensitif, gangguan ginjal berat. Hamil. Anak < 12 tahun. Tetrasiklindapat menyebabkan pewarnaan pada gigi karena deposisi pada tulang dan gigi yang sedang tumbuh. Untuk itu tetrasiklin sebaiknya tidak diberikan pada anak di bawah 12 tahun, ibu hamil. Tetrasiklin dapat memicu gagal ginjal untuk itu sebaiknya tidak diberikan kepada pasien dengan penyakit ginjal (kecuali doksisiklin dan minosiklin).
d)     Nama Dagang
·         Tetrin
9.      Kombinasi Pirimetamin Sulfadoksin
a)      Dosis
·         Terapikuratif: sebagai dosis tunggal.
- Dewasa: 2-3 tablet.
- Anak berusia 10-14 tahun: 2 tablet.
- Anak berusia 7-9 tahun: 1½ tablet.
- Anak berusia 4-6 tahun: 1 tablet.
- Anak berusia kurang dari 4 tahun: ½ tablet.
·         Pencegahan:
Pada orang yang semi kebal: sekali tiap 4 minggu.
- Dewasa: 2-3 tablet.
- Anak berusia 9-14 tahun: 2 tablet.
- Anak berusia 4-8 tahun: 1 tablet.
- Anak berusia kurang dari 4 tahun: ½ tablet.
Pada orang yang tidak kebal: sekali tiap 2 minggu.
- Dewasa: 2 tablet.
- Anak berusia 9-14 tahun: 1½ tablet.
- Anak berusia 4-8 tahun: 1 tablet.
- Anak berusia kurang dari 4 tahun: ½ tablet.
Dosis pertama harus diberikan 1-2 hari sebelum berangkat ke daerah yang rawan akan penyakit malaria dan dilanjutkan selama tinggal di daerah tersebut dansampai 4 minggu pertama setelah kembali dari daerah tersebut.
b)      Efek Samping
Reaksi kulit berupa ruam & gatal-gatal. Gangguan saluran pencernaan (mual& rasa penuh pada perut).
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Obat bekerja dengan cara mencegah pembentukan asam folinat dari PABA. Penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal maupun hati, atau diskrasia darah tidak dianjurkan untuk keperluan kemoprofilaksis malaria.
d)     Nama Dagang
·         Fansidar (Sulfadoksin/ Sulfadoxine 500 mg, Pirimetamin/ pyrimethamine 25 mg)
10.  Artemisinin
a)      Dosis
·         Lumenfantrin/ 20 mg Artemether dan 120 mg Lumefantrine berdasarkan BB.
·         Artesunate + amodiaquine (50 mg artesunate 12 tablet dan 200 mg amodiaquine dalam 8 tablet ) pada kemasan terpisah. Dewasa: artesunate 50 mg/tablet, 200 mg x 4 tablet pada hari I-III, amodiaquine 200 mg/tab dosis = 25-30 mg/kgBB selama 3 hari yaitu 3 tablet hari I dan II dan 1 ½ tablet hari III atau 10 mg/kgBB hari I dan II dan 5mg/kg BB pada hari III.
·         2-10 mg/kg/dosis/hari Artesunate dan 7-11 mg/kg/dosis/hari Mefloquine.
·         Artesunat + sulfadoksin-pirimetamin (50 mg artesunat dan 500 mg sulfadoksin serta 25 mg pirimetamin dalam tablet terpisah).
·         4 mg/kg/hari Dihydroartemisinin dan 18 mg/kg/hari Piperaquine selama 3 hari. Rentang dosis terapi adalah 2-10 mg/kg/hari Dihydroartemisinin dan 16-26mg/kg/dosis/hari Piperaquine.
b)      Efek Samping
Efek samping sakit kepala, mual, muntah, nyeri perut, diare, pusing, telinga berdengung, peningkatan enzim, dan dosis tinggi akan menimbulkan kerusakan jantung.
c)      Interaksi dan Kontraindikasi
Meningkatkan risiko aritmia venticular jika digunakan dengan obat-obatan prokainamid, quinidine, dan kina. Kontraindikasi pada kehamilan trimester pertama.
d)     Nama Dagang
·         Coartem®
·         Artesdiaquine®, Arsuamoon® (artesunate+amodiaquine)
·         Artesunat + meflokuin (50 mg artesunat dan 250 mg basa meflokuin dalam tablet terpisah)
·         Artescope®
·         Dihidroartemisinin + piperakuin (40 mg dihidroartemisinin dan 320 mg piperakuin dalam bentuk fixed dose combination)
·         Artesunat + klorproguanil-dapson (Lapdap plus®)
·         Dihidroartemisinin + piperakuin + trimetoprim (Artecom®)


















0 komentar:

Posting Komentar