“OBAT
CACING DAN OBAT MALARIA”
PAPER
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi
Sosial dan Pengenalan Obat )
Oleh :
Titik Latifah Nur Aini (092110101107)
Niza Zulnia P (112110101042)
Dwi Betari Karlina (122110101065)
Arum Melati Sekar K (122110101107)
Indah Ningtiyas H (122110101134)
Restya Arni P (122110101151)
KELOMPOK
8
KELAS
B
ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
A.
Obat
Cacing
1.
Befenium hidroksinaftoat
Befenium hidroksinaftoat merupakan senyawa
ammonium kuartener berbentuk kristal berwarna kuning pucat, rasa pahit, dan
sedikit larut dalam air.
a) Dosis
Pasien
|
Dosis
Optimal
|
Dewasa
|
5
gram
|
Anak-anak
dengan BB < 22 kg
|
2,5
gram
|
Pasien dengan infestasi N. americanus diperlukan pengobatan 3 hari berturut-turut. Apabila
terdapat diare yang menyertai infestasi cacing tambang, pengobatan diperlukan
selama 4-7 hari.
b)
Efek Samping
Obat ini tidak menunjukkan efek samping yang
serius, hanya mual dan muntah yang mungkin disebabkan karena rasa pahit dari
obat.
c)
Interaksi dan Kontraindikasi
Obat ini menyebabkan paralisis otot cacing
karena kepekaanya terhadap asetilkolin hilang dan efek ini tidak reversibel.
Penyerapan di usus hanya sedikit dan dalam waktu 24 jam tidak lebih dari 0,5%
yang dikeluarkan bersama urin. Informasi tentang keamanan obat pada wanita
hamil tidak ada, maka resiko terhadap fetus harus dipertimbangkan.
d)
Nama Dagang
·
Alcopar
2.
Dietilkarbamazin
Dietilkarbamazin
merupakan obat pilihan pertama untuk filariasis. Obat ini dipasarkan sebagai
garam sitrat, berbentuk kristal, tidak berwarna, rasanya tidak enak dan mudah
larut dalam air.
a)
Dosis
Pasien
|
Dosis
|
Dewasa dan anak yang terkena infestasi W. bancrofti, B. malayi, dan Loa-loa.
|
2 mg/kgBB 3xsehari, setelah makan selama
10-30 hari (umumnya 14 hari).
|
Dewasa dan anak yang terkena infestasi O. volvulus.
|
Dosis awal 25 mg sehari selama 3 hari, dosis
ditingkatkan dengan 1 mg/kgBB sehari dalam dosis terbagi sampai mencapai
dosis maksimum 2 mg/kgBB selama 21 hari.
|
Bayi dan anak kecil.
|
0,5 mg/kgBB 3xsehari (maksimal 25 mg/hari)
selama 3 hari dilanjutkan dengan 1 mg/kgBB 3xsehari (maksimal 100 mg/hari)
selama 3 hari dan 2 mg/kgBB 3xsehari (maksimal 150 mg/hari) selama 2-3
minggu.
|
Pengobatan masal pada infestasi W. brancofti.
|
5-6 mg/kgBB cukup 1 hari/minggu atau 6-12
dosis/bulan.
|
b)
Efek Samping
Dietilkarbamazin relatif aman pada dosis
terapi. Efek samping seperti pusing, malaise, nyeri sendi, anoreksia dan muntah
akan hilang apabila pengobatan dihentikan. Timbul uveitis anterior yang berat
pada infeksi berat. Reaksi alergi dapat timbul langsung akibat matinya parasit
atau substansi yang dilepaskan oleh mikrofilaria yang hancur.
c)
Interaksi dan Kontraindikasi
Dietilkarbamazin menyebabkan hilangnya
mikrofilaria W. bancrofti, B. malayi, dan
Loa-loa dari peredaran darah dengan
cepat. Mikrofilaria O. volvulus hilang
dari kulit, tetapi mikrofilaria dan cacing dewasa (betina) yang terdapat di
nodulus tidak dimatikan. Begitu juga dengan mikrofilaria W. bancrofti dalam hidrokel tidak dipengaruhi. Cara kerja obat
terhadap mikrofilaria adalah dengan dua cara yaitu menurunkan aktivitas otot
sehingga parasit seakan-akan mengalami paralisis dan mudah terusir dari tubuh
hospes, serta menyebabkan perubahan pada permukaan membrane mikrofilaria
sehingga lebih mudah dihancurkan oleh daya pertahanan hospes.
Dietilkarbamazin cepat diabsorpsi dari usus
setelah pemberian dosis tunggal oral sebanyak 200-400 mg dan kadar puncak dalam
darah dicapai dalam waktu 1-2 jam. Konsentrasi efektif dietilkarbamazin dalam
darah berkisar antara 0,8-1 mcg/ml. distribusi obat merata ke seluruh jaringan
kecuali jaringan lemak. Obat diekskresikan bersama urin dalam waktu 30 jam, 70%
dalam bentuk metabolitnya.
d)
Nama Dagang
·
Hetrazan
·
Filarzan
3.
Diklorofen
Berbentuk
bubuk warna krem dengan baud an rasa mirip fenol dan hampir tidak larut dalam
air.
a)
Dosis
Diklorofen
tablet mengandung 0,5 gram zat aktif secara oral dengan 3 kali 2-3g tiap 8 jam
(anak 1-2 gram) sesudah terapi tidak diperlukan pencahar karena metabolit obat
ini memberikan efek pencahar yang adekuat.
b)
Efek Samping
Efek
samping yang ditimbulkan biasanya kolik, mual, muntah, diare yang berlangsung
4-6 jam. Kadang-kadang timbul urtikaria tetapi hilang setelah 24 jam.
c) Interaksi
dan Kontraindikasi
Diklorofen merupakan
obat yang berupa bubuk warna krem dengan bau dan rasa menyerupai fenol, hampir
tidak larut dalam air. Cara kerjanya belum diketehui dengan jelas. Segera
setelah obat diberikan maka skoleks terlepas dari mukosa usus, mati dan dicerna
oleh usus, sehingga segmen yang matang susah atau sedikit ditemukan dalam
tinja. Dikontraindikasiakan pada penderita
penyakit hepar dan bula efek pencahar tidak diinginkan seperti kehamilan tua,
penyakit yang disertai demam dan penyakit jantung berat.
d) Nama Dagang
·
Anthiphen ((May &
Baker, South Africa)
·
Balsafissan
·
Fissa-Brust-werzensalbe
·
Germolene
·
Mycota
·
Onychofissan
·
Ovis (Warner,
Germany)
·
Savogerm
·
Plath-Lyse (Genevrier,
France)
·
Wespuril (Spitzner, Germany)
4.
Levamisol
Levamisol
adalah isomer dari tetramisol yang memiliki efek antelmintik sedangkan tetramisol
merupakan derivat sintetik dari imidazotiazol.
a)
Dosis
Dosis
lazim dewasa untuk ascariasis adalah 150mg, secara oral dalam dosis tunggal;
untuk anak: 3 mg/kg sebagai dosis tunggal. Untuk infeksi hookworm atau gabungan
infeksi ascariasis- hookworm untuk dewasa dan anak-anak diberikan 2,5mg/kg
sebagai dosis tunggal diulangi setelah 7 hari jika terjadi infeksi hookworm
parah.
b)
Efek Samping
Mual, muntah,diare,
sakit kepala, reaksi hipersensitif, arthralgia, sakit otot, ruam kulit,
insomnia, gangguan hematologi seperti agranulositosis, leukopenia,
trombositopenia, gangguan saluran pencernaan termasuk rasa tidak enak di mulut.
c)
Interaksi dan Kontraindikasi
Penggunaan levamisol
dengan warfarin menyebabkan inhibisi metabolisme warfarin. Peningkatan
konsentrasi fenitoin jika digunakan bersamaan levamisol dan fluorourasil.
Penggunaan levamisol
harus dihindari pada pasien arthritis rematik, pasien gangguan darah dan pasien
yang menggunakan fluorourasil.
d)
Nama Dagang
·
Ascaridil
·
Askamex
·
Bizome
5.
Mebendazol
Mebendazol
merupakan antelmintik yang memiliki spektrum paling luas. Mebendazol berupa
bubuk berwarna putih kekuningan, tidak larut dalam air, tidak bersifat
higroskopis sehingga stabil dalam keadaan terbuka dan rasanya enak.
a)
Dosis
Pasien
|
Dosis
|
Anak dan dewasa.
|
2x100 mg sehari
selama 3 hari berturut-turut untuk askariasis, trikuris, dan infestasi cacing
tambang.
|
Pasien dengan infestasi T. solium
|
2x300 mg sehari
selama 3-4 hari akan menghasilkan efek penyembuhan 73-100%.
|
Pasien dengan
infestastasi kista hidatid.
|
50 mg/kgBB per hari.
|
Pasien dengan
infestasi visceral larva migrans.
|
200-400 mg sehari
selama 5 hari
|
Pasien dengan
infestasi strongyloidiasis.
|
Dosis standart selama
3 hari.
|
Pasien dengan cacing
kremi
|
100 mg dengan dosis
tunggal.
|
b) Efek
Samping
Efek samping yang kadang
ditimbulkan adalah diare dan sakit perut ringan yang bersifat sementara. Gejala
tersebut biasanya terjadi pada infestasi askaris berat yang disertai ekspulsi
atau keluarnya cacing lewat mulut.
c) Interaksi
dan Kobtraindikasi
Mebendazol menyebabkan kerusakan
struktur subseluler dan menghabat sekresi asetilkolinesterase cacing. Obat ini
juga menghambat penyerapan glukosa
secara ireversibel sehingga terjadi deplesi glikogen pada cacing. Cacing akan
mati secara perlahan-lahan dan hasil terpai akan terlihat setelah 3 hari
pemberian obat. Obat ini juga menimbulkan sterilitas pada telur cacing T. trichiura, cacing tambang, dan
askariasis sehingga telur gagal berkembang menjadi larva. Namun, larva yang
sudah matang tidak dapat dibunuh dengan mebendazol.
d) Nama
Dagang
·
Vermox
·
Gavox
·
Trivexan
·
Vercid
6.
Niklosamid
Niklosamid merupakan bubuk berwarna
putih kekuningan, tidak beras, tidak berbau, dan tidak larut dalam air.
a) Dosis
Niklosamid
tersedia dalam bentuk tablet kunyah 500 mg yang harus dimakan dalam keadaan
perut kosong. Untuk orang dewasa diperlukan dosis tunggal 2 gram, sedangkan
untuk anak dengan berat badan lebih dari 34 kg; 1,5 gram dan anak dengan berat
badan antara 11-34 kg; 1 gram.
b) Efek
Samping
Niklosamid
sedikit sekali diserap dan hampir bebas dari efek samping, kecuali sedikit
keluhan sakit perut. Bahkan cukup aman untuk pasien hamil dan pasien dengan
keadaan umum buruk (debilitated). Niklosamid tidak mengganggu fungsi hati,
ginjal, dan darah, juga tidak
mengiritasi lambung.
c) Interaksi
dan Kontraindikasi
Cacing yang dipengaruhi akan
dirusak sehingga sebagian skoleks dan segmen dicerna dan tidak dapat ditemukan
lagi dalam tinja.
Niklosamid merupakan obat
alternatif setelah invermektin untuk T.
Saginata, D latum, dan H. Nana. Sebagai taenisis, perlu
diperhatikan kemungkinan terjadinya sistiserkosis pada penggunaan untuk T.solium sebab niklosamid tidak merusak
telur yang ada dalam segmen sehingga telur-telur yang masih hidup ini dilepas
dalam lumen usus dari segmen cacing. Untuk mencegah ini perlu diberikan pencahar
1-2 jam sesudah menelan obat yang terakhir, agar sisa-sisa cacing keluar
sebelum dicerna. Untuk T. Saginata
tidak diperlukan pencahar karena bahaya sistiserkosis tidak ada. Bahaya
sistiserkosis ini mengurangi manfaat niklosamid pada infeksi T. Solium.
d) Nama
Dagang
·
Cestocida
·
Sulqui
·
Tredemine
·
Vermitid
·
Yomesan
7.
Niridazol
Niridazol merupakan bubuk kristal
berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa, larut dalam air dan larutan
organik.
a)
Dosis
25mg/kgBB tiap hari selama satu minggu.
b)
Efek Samping
Gangguan saluran cerna, sakit kepala, pusing. Efek pada pasien
dengan penyakit hati karena naiknya kadar dalam darah terjadi bahaya halusinasi
dan kejang seperti epilepsi.
c)
Interaksi dan Kontraindikasi
Efek Niridazol terlihat pertama sebagai kerusakan gonad
schistosoma, cacing betina lebih peka dibandingkan cacing jantan. Efek terhadap
cacing ini memerlukan reduksi gugus nitro dari niridazol dan obat yang reaktif
ini kemungkinan membentuk ikatan kovalen dengan makromolekul Schistosoma
mansoni. Obat ini juga mengurangi respon radang terhadap infeksi D.medinensis dan deposit telur S.mansoni di jaringan. Efek ini mungkin
terjadi karena terbentuknya metabolit niridazol yang menekan rekasi imun
selular. Bekerja baik pada Schistosoma haematobium, kurang baik terhadap
Schistosoma mansoni dan hampir tak bekerja terhadap Schistosoma japonicum. Tidak dianjurkan untuk pasien dengan riwayat
epilepsi.
d) Nama Dagang
·
Ambilhar
8.
Oksamnikuin
Oksamnikuin merupakan derivat
tetrahidrokuinolin.
a)
Dosis
Dosis yang dianjurkan
untuk pemberian oksamnikuin adalah 12,5-15mg/KgBB/hari.
b)
Efek
Samping
Pusing dan kantuk
merupakan paling sering dilaporkan. Kejang terjadi pada beberapa penderita
terutama yang mempunyai riwayat epilepsi.
c)
Interaksi
dan Kontraindikasi
Interaksi obat belum
diketahui tatapi pada pengobatan dengan oksamnikuin cacing akan berpindah daru
pembuluh mensenterika ke hati dalam beberapa hari. Kemudian cacing betina yang
berhasil tetap hidup akam kembali ke pembuluh mesenterika tanpa jantannya dan
tidak bertelur. Cacing jantan menetap di hati, sebagian besar akan mati. Obat
ini memperlihatkan efek terhadap cacing dewasa dan larva dan merupakan obat
terpilih untuk Schistosoma mansoni
sedangkan untuk Schistosoma japonicum
dan Schistosoma haematobium kurang
efektif.
Obat ini dikontraindikasikan
pada penderita epilepsi serta pada penderita gagal jantung, gagal ginjal, dan
wanita hamil.
d) Nama Dagang
·
Mansil
9.
Piperazin
Piperazin mengandung
44% basa, garam sitrat, kalsium edetat, dan tartrat. Garam garam ini bersifat
stabil nonhigroskopik berupa kristal putih yang sangat larut dalam air.
a)
Dosis
Askariasis:
·
Dosis
dewasa adalah 3,5 gram sekali sehari selama 2 hari.
·
Dosis pada
anak 75 mg/kgBB (maksimum 3,5 gram) sekali sehari selama 2 hari.
Enterobiasis:
·
Dosis
dewasa dan anak 65 mg/kgBB (maksimum 2,5 gram) sekali sehari selama 7 hari.
b)
Efek
Samping
Umumnya tidak
menyebabkan efek samping pada dosis terapi. Kadang-kadang nausea, vomitus,
diare, dan alergi. Dosis letal menyebabkan konvulsi dan depresi pernapasan.
Selain itu dapat terjadi kelemahan otot, vertigo, kesulitan bicara, dan bingung
yang akan hilang setelah pengobatan dihentikan.
c)
Interaksi
dan Kontraindikasi
Piperazin menyebabkan
blockade respon otot cacing terhadap asetilkolin sehingga terjadi paralisis dan
cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus. Cacing biasanya keluar 1-3 hari
setelah pengobatan dan tidak diperlukan pencahar.
Piperazin dapat
memperkuat efek kejang pada penderita epilepsi, oleh sebab itu piperazin tidak
boleh diberikan pada penderita epilepsi, gangguan faal hati, dan ginjal.
Pemberian obat pada penderita malnutrisi dan anemia berat perlu mendapatkan
pengawasan karena piperazin nitrosamine. Penggunaan untuk wanita hamil hanya
kalau benar-benar diperlukan atau apabila tidak tersedia obat alternatif lain.
d) Nama Dagang
·
Tasnon
·
Vermicompren
10.
Pirantel Pamoat
a)
Dosis
Dosis tunggal yang
dianjurkan 10 mg/kgBB, dapat diberikan setiap saat tanpa dipengaruhi oleh
makanan dan minuman. Untuk enterobiasis dianjurkan mengulang dosis setelah 2
minggu. Untuk infeksi N. americanus berat
dilakukan pemberian selama 3 hari berturut-turut.
b)
Efek
Samping
Efek samping pirantel
pamoat jarang, ringan, dan bersifat sementara, misalnya keluhan saluran cerna,
demam, dan sakit kepala.
c)
Interaksi
dan Kontraindikasi
Pirantel pamoat dan
analognya menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi
impuls sehingga cacing mati dalam keadaan spastis. Pirantel pamoat juga
menghambat enzim kolinesterase sehingga akan meningkatkan kontraksi otot pada
askariasis. Ekskresi pirantel pamoat sebagian besar bersama tinja, dan kurang
dari 15% diekskresikan bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolitnya.
Penggunaan pirantel
pamoat pada wanita hamil dan anak dibawah usia 2 tahun tidak dianjurkan. Selain
itu pirantel pamoat juga tidak boleh digunakan bersama dengan piperazin karena
kerjanya berlawanan. Penggunaannya harus hati-hati pada penderita dengan
riwayat penyakit hati karena obat ini dapat meningkatkan SGOT pada beberapa
penderita.
d) Nama Dagang
·
Helmex
·
Combantrin
·
Helmitrin
·
Piraska
·
Trivexan
·
Wormetrin
11.
Prazikuantel
Prazikuantel merupakan
antelmintik berspektrum lebar dan efektif pada cestoda dan trematoda pada hewan dan manusia.
Prazikuantel berbentuk kristal, tidak berwarna, dan rasanya pahit.
a)
Dosis
Dosis dewasa dan
anak-anak di atas umur 4 tahun:
·
Untuk infestasi S. Haematobium dan S. Mansoni diberikan dosis tunggal 40 mg/kgBB ; atau dosis tunggal
20 mg/kg BB yang diulangi lagi sesudah 4-6 jam.
·
Untuk infeksi S. Japonicum diberikan dosis tunggal 30
mg/kgBB yang diulangi lagi sesudah 4-6 jam.
·
Untuk D. Latum dan H. Nana diberikan dosis tunggal 15-25 mg/kgBB, sedangkan
·
untuk T. Saginata dan T. Solium diberikan dosis tunggal 5-10 gr/kgBB. Khusus untuk T.
Solium, untuk mengurangi kemungkinan timbulnya sistiserkosis, dianjurkan
pemberian pencahar 2 jam sesudah pengobatan.
·
Untuk Paragonimus westermani fascioliasis,
clonorchis, opistorchiasis dosisnya 3 kali sehari 25 mg/kg BB selama 1-3
hari.
·
Prazikuantel harus
diminum dengan air sesudah makan dan tidak boleh dikunyah karena rasanya pahit.
b) Efek
Samping
Efek
samping timbul dalam beberapa jam setelah pemberian obat dan akan bertahan
selama beberapa jam sampai 1 hari. Yang paling sering adalah sakit kepala,
pusing, mengantuk, dan lelah ; dan yang lainnya adalah mual, muntah, nyeri
perut, diare, pruritus, urtikaria, nyeri sendi dan otot, serta peningkatan
enzim hati selintas. Demam ringan, pruritus, dan skin rashes disertai dengan
peningkatan easinofil yang terlihat setelah beberapa hari pengobatan. Efek
samping ini mungkin diakibatkan oleh pelepasan protein asing cacing yang mati.
Intensitas dan frekuensi efek samping ini berkaitan dengan besarnya dosis dan
beratnya infeksi. Untuk terapi neurocysticercosis efek samping muncul karena
penggunaan dosis tinggi obat dan karena matinya parasit, sehingga seringkali
diberikan bersama dengan kortikosteroid untuk mengurangi efek samping yang
berat. Juga jangan digunakan untuk hal-hal sebagai berikut :
·
Ocular cysticercosis
sebab kehancuran parasit di mata dapat menimbulkan cacat menetap.
·
Umur kurang dari 4
tahun, sebab keamanan obat untuk usia ini datanya belum mendukung.
c) Interaksi
dan Kontraindikasi
In
vitro, prazikuantel diambil secara cepat dan reversible oleh cacing, tetapi
tidak dimetabolisme. Kerjanya cepat melalui dua cara:
·
Pada kadar efektif
terendah menimbulkan peningkatan aktivitas otot cacing, karena hilangnya Ca²⁺ intrasel
sehingga timbul kontraksi dan paralisis spastik yang sifatnya reversible, yang
mungkin mengakibatkan cacing terlepasnya dari tempatnya yang normal pada
hospes, misalnya terlepasnya cacing S.mansoni
dan S.japonicum dari vena mesentrika
dan masuk ke hati.
·
Pada dosis terapi yang
lebih tinggi prazikuantel mengakibatkan vakuolisasi dan vesikulasi tegumen
cacing, sehingga isi cacing keluar, mekanisme pertahanan tubuh hospes dipacu
dan terjadi kehancuran cacing. Mekanisme yang mendasari efek ini masih belum
jelas. Pada hewan yang terinfeksi cacing skistosoma, prazikuantel efektif
terhadap cacing dewasa jantan dan betina, dan juga efektif terhadap bentuk
imatur.
Pada pemberian oral absorpsinya
baik. Kadar maksimal dalam darah tercapai dalam waktu 1-3 jam. Metabolisme obat
berlangsung cepat di hati melalui proses hidroksilasi dan konyugasi sehingga
terbentuk produk yang efek antelmintik kurang aktif. Waktu paruh obat 0,8-1,5
jam. Ekskresi sebagian besar melalui urin dan sisanya melalui empedu. Hanya
sedikit obat yang diekskresi dalam bentuk utuh. Kadar obat dalam air susu ibu
adalah ¼ kali kadar plasma.
Sebaiknya tidak diberikan pada
wanita hamil dan menyusui. Demikian pula pekerja-pekerja yang memerlukan
koordinasi fisik dan kewaspadaan, harus diperingatkan mengenai efek kantuk yang
terjadi pada pemakaian obat.
Kontraindikasi mutlak adalah pada
ocular cysticercosis, sebab kehancuran parasit di mata dapat menyebabkan
kerusakan mata yang tak dapat diperbaiki.
Pasien dengan gangguan fungsi hati
memerlukan penyesuaian dosis. Pemberian bersama kortikosteroid untuk menekan
reaksi inflamasi memerlukan pertimbangan karena kortikosteroid dapat mengurangi
kadar plasma sampai 50%.
d) Nama
Dagang
·
Biltricide
·
Ceneride
·
Cesol
·
Cysticide
12.
Tetrakloretilen
Tetrakloretilen adalah suatu
hidrokarbon tak jenuh yang mengalami halogenasi. Senyawa ini merupakan zat
cair, tidak berwarna, dan berbau eteris. Obat ini mudah rusak karena panas dan
harus disimpan dalam tempat gelap dan dingin.
a) Dosis
Obat diberikan dengan dosis tunggal
0,12 ml/kgBB dengan maksimum 5 ml.
b) Efek
Samping
Obat ini dapat menyebabkan perasaan
panas dalam lambung, mual, dan muntah. Efek sentral dapat menimbulkan gejala
seperti sakit kepala, vertigo, inebriation,sampai
koma. Oleh sebab itu, penderita harus istirahat selama 4 jam sesudah pemberian
obat.
c) Interaksi
dan Kontraindikasi
Tetrakloretilen menyebabkan
kelupuhan pada cacing sehingga dapat terlepas dari mukosa usus dan dikeluarkan
dengan pencahar dalam keadaan hidup sebelum sempat melekat kembali ke usus.
Penderita anemia berat dapat
mengalami kolaps selama pengobatan terutama yang diberikan pencahar. Obat ini
juga sebaiknya tidak diberikan pada anak kecil yang sakit keras dan pada
penderita penyakit hati.
d) Nama
Dagang
13.
Tiabendazol
Tiabendazol merupakan antelmintik
berspektrum lebar dan efektif untuk mengobati infestasi berbagai nematode pada
manusia.
a) Dosis
Dosis standar yang dianjurkan 2x25
mg/kgBB selama 2-5 hari. Bila masih ditemukan adanya lesi aktif , selang 2 hari
kmudian dapat diberikan lagi satu rangkai pengobatan. Hasil yang baik juga
dapat diperoleh lewat pemberian topikal salep tiabendazol 15% selama 5 hari. Untuk
trikinosis dosis yang dianjurkan 2x25mg/kgBB selama 2-4 hari. Untuk visceral
larva migrans dosis yang dianjurkan 2x25 mg/kgBB selama 7 hari. Untuk
kapilariasis intestinal didapat hasil baik dengan dosis 2x12 mg/kgBB selama 30
hari.
b) Efek
Samping
Obat ini memberikan efek samping anoreksia, mual,m
untah, dan pusing. Dalam frekuensi yang lebih rendah juga terjadi diare, nyerii
epigastrium, sakit kepala, pusing, lelah, gatal, dan kantuk. Oleh karena itu,
pengobatan dnegan tiabendazol dianjurkan tidak melakukan kegiatan yang
memerlukan kewaspadaan mental. Perubahan fungsi hati yang selintas dapat
terjadi, maka penggunaannya harus hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi
hati. Telah dilaporkan terjadinya perianal rashes, tinitus, hiperglikemi,
konvulsi, lekopeni selintas, hematuri, kristaluri, gangguan penglihatan,
kolestasis intrahepatik, kerusakan sel parenkim hati, ikterus, dan gangguan
fungsi hati. Sindrom steven-johnson yang fatal dan keruskan hati yang
ireversible juga telah dilaporkan. Pemberian dosis besar pada tikus dan mencit
memperlihatkan efek teratogenik.
c) Interaksi
dan Kontraindikasi
Tiabendazol
cepat diserap melalui usus dan kaar puncak obat ini dalamdarah dicapai dalam
waktu 1-2 jam. Dalam waktu 2 hari, 90% obat ini telah diekskresi bersama urin
dalam bentuk hidroksi dan terkonyugasi. Obat ini juga dapat diserap oleh kulit.
Anak-anak
dengan berat bada kurang dari 15 kg; aktivitas yang memerlukan kewaspadaan; dan
reaksi hipersensitivitas pada gangguan fungsi hati atau ginjal, sebaiknya
digunakan obat alternatif. Demikian juga pada wanita hamil, kecuali
Strongyloidiasis yang mengancam kehidupan.
d) Nama
Dagang
·
Mintesol
14.
Albendazol
a) Dosis
Dosis umum untuk dewasa
dan anak di atas 2 tahun adalah 400 mg sehari, diberikan sekaligus sebagai
dosis tunggal. Tablet dapat dikunyah, ditelan atau digerus lalu dicampur dengan
makanan.
b)
Efek
Samping
Perasaan kurang nyaman
pada saluran pencernaan dan sakit kepala pernah terjadi pada sejumlah kecil
penderita, tetapi tidak dapat dibuktikan bahwa efek samping ini ada hubungannya
dengan pengobatan. Juga dapat terjadi gatal-gatal dan mulut kering.
c)
Interaksi
dan Kontraindikasi
Albendazol berkhasiat
membasmi cacing di usus yang hidup sebagai parasit tunggal atau majemuk.
Albendazol efektif untuk pengobatan cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing kremi (Enterobius vermicularis), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), cacing pita (Taenia sp.) dan Strongyloides stercoralis.
Albendazol menunjukkan
sifat teratogenik embriotoksis pada percobaan dengan hewan. Karena itu obat ini
tidak boleh diberikan pada wanita yang sedang mengandung. Pada wanita dengan
usia kehamilan masih dapat terjadi (15 – 40 tahun), albendazol dapat diberikan
hanya dalam waktu 7 hari dihitung mulai dari hari pertama haid. Hati-hati bila
diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati. Jangan
diberikan pada ibu menyusui. Sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak di bawah
umur 2 tahun.
d) Nama Dagang
·
Albenza
·
Helben
·
Zentel
15.
Ivermektin
a)
Dosis
·
Strongyloidiasis
Dosis yang
dianjurkan dari Stromectol (ivermectin) untuk pengobatan strongyloidiasis
adalah dosis oral tunggal yang dirancang untuk menyediakan sekitar 200 mcg
ivermectin per kg berat badan. Lihat Tabel 1 untuk pedoman dosis. Pasien harus
mengambil tablet pada waktu perut kosong dengan air. Secara umum, dosis
tambahan tidak diperlukan. Namun, tindak lanjut pemeriksaan feses harus
dilakukan untuk memverifikasi pemberantasan infeksi.
·
Onchocerciasis
Dosis yang dianjurkan dari Stromectol (ivermectin)
untuk pengobatan onchocerciasis adalah dosis oral tunggal yang dirancang untuk
menyediakan sekitar 150 mcg ivermectin per kg berat badan. Pasien harus
mengambil tablet pada waktu perut kosong dengan air. Dalam kampanye distribusi
massa dalam program pengobatan internasional, interval dosis yang paling umum
digunakan adalah 12 bulan. Untuk pengobatan pasien individu, penafsiran dapat
dianggap pada interval sesingkat 3 bulan.
b)
Efek
Samping
Reaksi
alergi berupa gatal-gatal,
kesulitan bernapas, pembengkakan wajah,
bibir, lidah,
atau tenggorokan. Selain itu terjadi perubahan
visi atau
masalah dengan
penglihatan, kemih atau
usus, masalah
kelemahan, kebingungan, kurangnya
koordinasi, kemerahan mata, bengkak, atau
sakit, dan kejang-kejang. Efek
samping ringan berupa mual,
diare, pusing,
pembengkakan tangan, pergelangan
kaki, atau kaki,
bengkak atau nyeri kelenjar
getah bening,
gatal atau ruam
kulit, dan merasa
bahwa ada sesuatu yang di mata.
c)
Interaksi
dan Kontraindikasi
Memperkuat
peranan GABA pada proses transmisi di saraf tepi, sehingga cacing mati pada
keadaan paralisis. Obat berefek terhadap mikrofilaria di jaringan dan dan
embryogenesis pada cacing betina. Mikrofilaria mengalami paralisis, sehingga
mudah dihancurkan oleh sistem retikulo-endotelial.
Kontraindikasi
pada wanita hamil tidak diperkenankan diberikan bersama-sama barbiturate,
benzodiazepine, dan asam valproat.
d) Nama
Dagang
·
Stromectol
B. Obat Malaria
1. Klorokuin dan
Turunannya
Klorokuin merupakan obat pilihan untuk pengobatan malaria nonfalcifarum dan falcifarum yang sensitif. Klorokuin hanya
efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit, tetapi tidak untuk parasit yang
ada di jaringan.
a) Dosis
·
Profilaksis:
Anak:
Klorokuin basa 5 mg/kg/minggu pada hari yang sama disetiap minggunya (tidak
lebih dari 300 mg Klorokuin basa/dosis). Pemberian ini dimulai 1-2 minggu
sebelum berada di daerah endemik, dilanjutkan 4-6 minggu setelah berada di
daerah endemik.
Dewasa:
Klorokuin basa 300 mg/minggu pada hari yang sama disetiap minggunya. Pemberian
ini dimulai 1-2 minggu sebelum berada di daerah endemik, dilanjutkan 4-6 minggu
setelah berada di daerah endemik.
·
Serangan
Akut:
Anak:
Dosis awal Klorokuin basa 10 mg/kg, dilanjutkan dengan dosis tunggal sebesar 5
mg/Kg yang diberikan setelah 6 jam, kemudian dosis tunggal sebesar 5 mg/Kg/hari
selama 2 hari.
Dewasa:
Dosis awal Klorokuin basa 600 mg, dilanjutkan 6 jam kemudian dengan 300 mg,
selanjutkan 300 mg/hari selama 2 hari (dosis kumulatif rata-rata 25 mg/kg
Klorokuin basa).
b) Efek Samping
Efek samping yang timbul karena penggunaan Klorokuin adalah
gangguan saluran cerna, sakit kepala, kejang, depigmentasi atau rambut rontok,
reaksi kulit (ruam, pruritis). Pemberian obat setelah makan dapat mengurangi
beberapa efek yang tidak diinginkan seperti gangguan saluran pencernaan. Reaksi
yang jarang terjadi meliputi hemolisis pada pasien yang mengalami defisiensi Glucase 6-Phosphate Dehidrogenase (G6PD), dan hipotensi. Pemberian
dosis tinggi dalam jangka panjang pada penderita rematik akan menimbulkan
ototoksisitas irreversible,
retinopati, miopati, dan neuropati perifer. Abnormalitas ini jarang dijumpai
bila diberikan dengan dosis standar mingguan untuk profilaksis.
c)
Interaksi dan Kontraindikasi
·
Meflokuin
menyebabkan kejang.
·
Antikonvulsan
menyebabkan antikonvulsan.
·
Amiodaron/halofantrin menyebabkan
aritmia jantung.
Kontraindikasi pada pasien
dengan psoriasis atau porfuria,
karena berpotensi mencetuskan serangan akut dari penderita tersebut. Secara
umum, sebaiknya Klorokuin tidak digunakan pada pasien dengan kelainan retina
atau miopati. Selain itu klorokuin sebaiknya tidak diberikan pada pasien
dengan penyakit hati, gangguan saluran cerna, gangguan neurologic, gangguan
darah seperti G6PD, gangguan kulit berat seperti porfiria kutanea tanda dan
psoriasis.
d)
Nama Dagang
·
Riboquin (Dexa Medica)
·
Nivaquine (Rhone Poulenc Rorer Indonesia)
2. Pirimetamin
Pirimetamin ialah turunan pirimidin yang berbentuk bubuk putih,
tidak berasa, tidak larut dalam air dan hanya sedikit larut dalam asam klorida.
a)
Dosis
Pirimetamin merupakan skizontosid darah kerja
lambat yang mempunyai efek antimalaria yang mirip dengan efek proguanil tetapi
lebih kuat karena bekerja langsung; waktu paruhnya juga lebih panjang. Untuk
profilaksis, pirimetamin dapat diberikan seminggu sekali, sedangkan
proguanil harus diberikan setiap hari. Dosi yang diberikan 50 – 75 mg/hari ( 1
mg/kg berat badan ) dosis 3 hari pertama. 25 mg/hari (0,5 mg/kg berat badan)
selama 3 minggu sampai 1 bulan.
b)
Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan adalah depresi sistem hematopoesis, dosis besar dapat
menyebabkan ruam kulit, insomnia.
c)
Interaksi dan Kontraindikasi
Pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat reduktase plasmodia
pada kadar yang jauh lebih rendah daripada yang diperlukan untuk menghambat
enzim yang sama pada manusia. Enzim ini bekerja dalam rangkaian reaksi sintesis
purin, sehingga penghambatannya menyebabkan gagalnya pembelahan inti pada
pertumbuhan skizon dalam hati dan eritrosit. Kombinasi dengan sulfonamid
memperlihatkan sinergisme karena keduanya mengganggu sintesis purin pada tahap
yang berurutan.
Tidak dianjurkan diberikan kepada pasien dengan gangguan fungsi hati/ ginjal serta wanita hamil dan menyusui.
d)
Nama Dagang
·
Fansidar
·
Suldox (Alpharma)
3. Primakuin
a)
Dosis
Pengobatan
radikal P. vivax dan ovale : Dewasa 250 microgram/kg perhari
(atau 15 mg perhari) selama 14 hari. Anak : 250 microgram/kg perhari selama 14
hari.
b)
Efek Samping
Efek
samping yang ditimbulkan dari pemberian obat ini adalah mual, muntah, sakit
perut, dan anemia hemolitik.
c)
Interaksi dan Kontraindikasi
Pengaruh
Sitokrom P450: substrat CYP3A4, inhibisi CYP2D6, 3A4; Induksi CYP1A2.
Peningkatan efek/toksisitas dengan meningkatkan toksisitas/ level kuinakrin oleh
karena itu penggunaan primakuin bersama kuinakrin harus dihindari. Selain itu
primakuin tidak boleh diberikan pada pasien yang baru saja menerima pengobatan
kuinakrin.
Hipersensitifitas
terhadap primakuin atau alkaloid sejenis, atau komponen lain dalam formulasi
adalah pasien akut yang memiliki kecenderungan mengalami granulositopenia
(arthritis rematoid, sindrom lupus erithematosus), pasien yang menggunakan obat
lain yang mendepresi sumsum tulang jangan melampaui dosis yang dianjurkan
(Contoh: kuinakrin bersama primakuine) serta pasien yang mendapatkan obat-obat
yang potensial menyebabkan haemolisis.
d)
Nama Dagang
·
Neo – Kiniplex
·
Primaquin
4. Kuinin dan Alkaloid Sinkona
a)
Dosis
·
Malarex Actavis:
Dewasa profilaksis 2 tab/minggu. Semi-imun, spt yang tinggal di daerah malaria: 2 tab
tiap 1-2 minggu. Terapi Semi-imun: Dosis tunggal 4 tab. Non-imun: Dosis awal 4
tab setelah 6 jam 2 tab, kemudian 2 tab/hari selama 2 hari.
Anak dan bayi profilaksis dan terapi < 1 tahun ¼
tab, 1-3 tahun ½ tab, 3-6 tahun 2/3-1 tab, 6-12 tahun 1 ½ - 2 tab.
Amubiasis hati dewasa 4 tab/hari selama 2 hari
kemudian 2 tab/hari selama 2-3 minggu. Anak
10 mg/kgBB/hari selama 3 minggu. Maks 600 mg/hari.
·
Resochin:
Tiap tab mg
Chloroquine phosphate 250 mg, setara dengan Chloroquine base 150 mg.
Profilaksis Dewasa
300 mg chloroquine base 150 mg (2 tab) 1x/minggu pada hari yang sama selama
mengalami pemaparan dan lanjutkan selama 4 minggu sesedah meninggalkan daerah
malaria. Dosis dapat ditingkatkan s/d 600 mg (4 tab) 1x/hari untuk area yang
memiliki transmisi malaria yang sangat tinggi.
Anak 5 mg/kg BB
tiap minggu. Jangan melebihi dosis dewasa.
Serangan akut
Dewasa hari 1: 600 mg (4 tab), dilanjutkan dengan 300 mg (2 tab)/hari sesudah
6-8 jam. Hari ke 2 dan 3: 300 mg (2 tab)/hari. Anak hari ke 1: 10 mg/ kg BB (maks; 600 mg)
dilanjutkan dengan dosis 5 mg/kg BB sesudah 6-8 jam. Hari ke 2 dan 3: 5 mg/kg
BB
Amebiasis
ekstraintestinal Dewasa 600 mg (4 tab)/hari selama 2 hari dilanjutkan dengan
300 mg (2 tab)/hari selama sekurang-kurangnya 2-3 minggu. Anak 10 mg/kg BB
selama 2-3 minggu.
·
Riboquin:
Pencegahan
dewasa 3 tab 1x/minggu, anak ¾- 1 ½
tab 1x/minggu.
Pengobatan dewasa awal 6 tab kemudian 3 tab setiap 6-8
jam, anak 9-12 tahun 1 ½ tab 3x/hari atau ¾ tab 6x/hari, 6-8 tahun 2 tab
2x/hari, 4-5 tahun 1 ½ tab 2x/hari, 2-3 tahun ¾ tab 3x/hari, 1 tahun ½ tab
4x/hari, <1tahun ½ tab 2x/hari.
b) Efek
Samping
·
Malarex Actavis
Gangguan
gastro intertinal, diare, pruritus, erupsi kulit, sakit kepala, gangguan
penglihatan dan perubahan mental.
·
Resochin
Kerusakan
retina yang irreversibel, kesulitan akomodasi mata, penglihatan berkabut,
konvulsi, psikosis, mual, muntah, diare, kram abdomen, perubahan pigmentasi
kulit, pruritus, rambut rontok, erupsi kulit sakit kepala ringan s/d berat,
sindrom stevens-johnson, nekrolisis epidermal toksik.
·
Riboquin
Sakit
kepala, gangguan gastro intestinal, pruritis, erupsi kulit, perubahan mental,
gangguan penglihatan.
c) Interaksi
dan Kontraindikasi
·
Malarex Actavis
Kaolin,
simetidin. Probenesid menyebabkan retinopati. Fenilbutazon dan preparat emas menyebabkan
dermatitis.
·
Resochin
Preparat
emas, fenilbutazon.
·
Riboquin
Kaolin,
simetidin.
Kontraindikasi:
·
Malarex Actavis
Perubahan
retina dan gangguan lapang pandang, hipersensitif, gangguan gastro intestinal,
kelainan darah yang berat dan hamil.
·
Resochin
Hipersenssitif
terhadap 4-aminokuinolon. Pasien dengan gangguan visual atau perubahan pada
retina mata.
·
Riboquin
Perubahan
retina dan penglihatan.
d) Nama
Dagang
·
Malarex Actavis
·
Resochin
·
Riboquin
5.
Proguanil
a) Dosis
Dosis
harian harus diambil pada waktu yang sama setiap hari dengan makanan atau
minuman susu. Pencegahan malaria mulai pengobatan profilaksis dengan malarone 1
atau 2 hari sebelum memasuki area endemik malaria dan terus setiap hari selama
tinggal dan selama 7 hari setelah kembali .
Dewasa:
Satu malarone Tablet (kekuatan dewasa = 250 mg atovaquone/100 mg proguanil
hydrochloride) per hari. Pediatric Pasien: dosis untuk pencegahan malaria pada
pasien anak didasarkan pada berat badan.
b) Efek
Samping
Salah
satu dari tanda-tanda
reaksi alergi terhadap Malarone
adalah gatal-gatal, kesulitan bernapas,
pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan. Efek samping yang serius seperti muntah atau diare berat
atau tidak terkontrol, demam, sariawan, masalah dengan mulut, keseimbangan, atau berjalan, ruam kulit yang parah; mual, sakit
perut, hilangnya nafsu makan, urin
berwarna gelap, tinja berwarna
tanah liat, sakit kuning (menguningnya
kulit atau mata), mudah memar, perdarahan yang tidak biasa (hidung,
mulut, vagina, atau dubur), bintik-bintik
ungu atau merah pinpoint
di bawah kulit.
Efek samping yang kurang serius Malarone antara lain sakit perut ringan atau sakit perut, diare ringan, sakit kepala, gatal ringan, kelemahan, dan pusing.
Efek samping yang kurang serius Malarone antara lain sakit perut ringan atau sakit perut, diare ringan, sakit kepala, gatal ringan, kelemahan, dan pusing.
c) Interaksi
dan Kontraindikasi
Atovakuon
selektif menghambat rantai transpor elektron
parasit.
Proguanil, melalui metabolit cycloguanil, fungsi sebagai inhibitor reduktase dihydrofolate, menghentikan sintesis deoxythymidilate parasit.
Proguanil, melalui metabolit cycloguanil, fungsi sebagai inhibitor reduktase dihydrofolate, menghentikan sintesis deoxythymidilate parasit.
Kontraindikasi
dikenal reaksi
hipersensitivitas serius terhadap atovakuon atau proguanil
hydrochloride atau komponen lain dalam formulasi. Profilaksis
dari P.
falciparum malaria pada
pasien dengan gangguan ginjal berat (bersihan kreatinin <30 mL / menit).
d) Nama
Dagang
·
Malarone
·
Malanil
6.
Meflokuin
a) Dosis
Dosis tunggal
sampai 1500 mg atau dosis mingguan 500 mg untuk 1 tahun.
b) Efek
Samping
Efek samping
yang ditimbulkan adalah gangguan neuropsikiatri.
c) Interaksi
dan Kontraindikasi
Meflokuin
diserap di saluran cerna dan terikat pada protein plasma. Saluran cerna
merupakan reservoir untuk meflokuin karena obat ini mengalami sirkulasi
enterohepatik dan enterogastrik. Ekskresi melalui feses dan hanya sedikit yang
melalui urin.
Tidak
dianjurkan untuk wanita hamil dan bayi karena efek mutagenik, karsinogenik, dan
teratogenik belum ada penelitian lanjut.
d) Nama
Dagang
·
Lariam
7.
Halofantrin
a) Dosis
Halofantrin
sebaiknya diminum ketika waktu perut kosong untuk mengurangi kemungkinan efek
samping. Dosis oral (larutan oral dan tablet)
adalah:
·
Dewasa dan anak dengan
berat badan di atas 37 kg (81 pon): 500 mg diminum pada saat perut kosong
setiap enam jam tiga kali sehari selama satu hari. Pengobatan mungkin perlu
diulang setelah satu minggu.
·
Anak-anak dengan berat
badan 23-31 kg (51-68 pon): 250 mg diminum pada saat perut kosong setiap enam
jam tiga kali sehari selama satu hari.
·
Anak-anak dengan berat
badan 32-37 kg (70-81 pon): 375 mg diminum pada saat perut kosong setiap enam
jam tiga kali sehari selama satu hari.
b) Efek
Samping
Efek
yang ditimbulkan antara lain sakit kepala, nyeri dan sakit sendii, sembelit,
sering buang air kecil, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, dan kulit
gatal atau ruam.
c) Interaksi
dan Kontraindikasi
Hipersensitif
terhadap sulfonamide, gagal hati atau gagal ginjal yang parah, enseflopati
hati, hypokalemia, atau gout. Kontraindikasi terhadap wanita hamil.
d) Nama
Dagang
·
Natrilix SR
8.
Tetrasiklin
a) Dosis
Dosis
dewasa yang dianjurkan adalah 4 kali sehari 250 mg atau 2 kali sehari 500 mg
selama 7-10 hari.
b) Efek
Samping
Gangguan Gl, superinfeksi,
hepatotoksik dan nefrotoksik. Jarang, peningkatan TIK. Dapat mengeksaserbasi
SLE. Perubahan warna gigi dan hipoplasia gigi pada masa pertumbuhan, tidak boleh diberikan pada ibu hamil, ibu menyusui dan
anak di bawah 8 tahun karena dapat menyebabkan perubahan warna gigi dan
gangguan pertumbuhan gigi dan tulang.
c) Interaksi dan Kontraindikasi
Interaksi
absorpsi bekurang oleh antasid, susu. Obat
hepatotoksik oral. Meningkatkan efek antikoagulan.
Hipersensitif, gangguan ginjal
berat. Hamil. Anak < 12 tahun. Tetrasiklindapat menyebabkan pewarnaan pada gigi karena deposisi pada
tulang dan gigi yang sedang tumbuh. Untuk itu tetrasiklin sebaiknya tidak
diberikan pada anak di bawah 12 tahun, ibu hamil. Tetrasiklin dapat memicu gagal ginjal untuk itu sebaiknya tidak
diberikan kepada pasien dengan penyakit ginjal (kecuali doksisiklin dan minosiklin).
d) Nama Dagang
·
Tetrin
9.
Kombinasi Pirimetamin Sulfadoksin
a) Dosis
·
Terapikuratif: sebagai dosis tunggal.
- Dewasa: 2-3 tablet.
- Anak berusia 10-14 tahun: 2 tablet.
- Anak berusia 7-9 tahun: 1½ tablet.
- Anak berusia 4-6 tahun: 1 tablet.
- Anak berusia kurang dari 4 tahun: ½ tablet.
- Dewasa: 2-3 tablet.
- Anak berusia 10-14 tahun: 2 tablet.
- Anak berusia 7-9 tahun: 1½ tablet.
- Anak berusia 4-6 tahun: 1 tablet.
- Anak berusia kurang dari 4 tahun: ½ tablet.
·
Pencegahan:
Pada orang yang semi kebal: sekali tiap 4 minggu.
- Dewasa: 2-3 tablet.
- Anak berusia 9-14 tahun: 2 tablet.
- Anak berusia 4-8 tahun: 1 tablet.
- Anak berusia kurang dari 4 tahun: ½ tablet.
Pada orang yang tidak kebal: sekali tiap 2 minggu.
- Dewasa: 2 tablet.
- Anak berusia 9-14 tahun: 1½ tablet.
- Anak berusia 4-8 tahun: 1 tablet.
- Anak berusia kurang dari 4 tahun: ½ tablet.
Pada orang yang semi kebal: sekali tiap 4 minggu.
- Dewasa: 2-3 tablet.
- Anak berusia 9-14 tahun: 2 tablet.
- Anak berusia 4-8 tahun: 1 tablet.
- Anak berusia kurang dari 4 tahun: ½ tablet.
Pada orang yang tidak kebal: sekali tiap 2 minggu.
- Dewasa: 2 tablet.
- Anak berusia 9-14 tahun: 1½ tablet.
- Anak berusia 4-8 tahun: 1 tablet.
- Anak berusia kurang dari 4 tahun: ½ tablet.
Dosis pertama harus diberikan 1-2 hari sebelum berangkat ke daerah
yang rawan akan penyakit malaria dan dilanjutkan selama tinggal di daerah tersebut
dansampai 4 minggu pertama setelah kembali dari daerah tersebut.
b) Efek Samping
Reaksi
kulit berupa ruam & gatal-gatal. Gangguan saluran pencernaan (mual&
rasa penuh pada perut).
c) Interaksi dan Kontraindikasi
Obat bekerja dengan cara mencegah pembentukan asam folinat
dari PABA. Penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal maupun hati, atau
diskrasia darah tidak dianjurkan untuk keperluan kemoprofilaksis malaria.
d) Nama Dagang
·
Fansidar (Sulfadoksin/ Sulfadoxine 500 mg,
Pirimetamin/ pyrimethamine 25 mg)
10.
Artemisinin
a) Dosis
·
Lumenfantrin/ 20 mg Artemether dan 120 mg Lumefantrine berdasarkan BB.
·
Artesunate + amodiaquine (50 mg
artesunate 12 tablet dan 200 mg amodiaquine dalam 8 tablet ) pada kemasan terpisah. Dewasa: artesunate 50 mg/tablet, 200 mg x 4 tablet pada hari
I-III, amodiaquine 200 mg/tab dosis = 25-30 mg/kgBB selama 3 hari yaitu 3
tablet hari I dan II dan 1 ½ tablet hari III atau 10 mg/kgBB hari I dan II dan
5mg/kg BB pada hari III.
·
2-10
mg/kg/dosis/hari Artesunate dan 7-11 mg/kg/dosis/hari Mefloquine.
·
Artesunat + sulfadoksin-pirimetamin
(50 mg artesunat dan 500 mg sulfadoksin serta 25 mg pirimetamin dalam tablet
terpisah).
·
4 mg/kg/hari
Dihydroartemisinin dan 18 mg/kg/hari Piperaquine selama 3 hari. Rentang
dosis terapi adalah 2-10 mg/kg/hari Dihydroartemisinin dan 16-26mg/kg/dosis/hari Piperaquine.
b) Efek Samping
Efek samping
sakit kepala, mual, muntah, nyeri perut, diare, pusing, telinga berdengung,
peningkatan enzim, dan dosis tinggi akan menimbulkan kerusakan jantung.
c) Interaksi
dan Kontraindikasi
Meningkatkan
risiko aritmia venticular jika digunakan dengan obat-obatan prokainamid,
quinidine, dan kina. Kontraindikasi pada kehamilan trimester pertama.
d) Nama
Dagang
·
Coartem®
·
Artesdiaquine®, Arsuamoon® (artesunate+amodiaquine)
·
Artesunat + meflokuin (50 mg
artesunat dan 250 mg basa meflokuin dalam tablet terpisah)
·
Artescope®
·
Dihidroartemisinin + piperakuin (40
mg dihidroartemisinin dan 320 mg piperakuin dalam bentuk fixed dose
combination)
·
Artesunat + klorproguanil-dapson
(Lapdap plus®)
·
Dihidroartemisinin + piperakuin +
trimetoprim (Artecom®)