twitter






MAKALAH PENYEDIAAN AIR BERSIH
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan


Disusun oleh :
Kelompok: 1
Kelas: C
Imas Noverika S.R                122110101052
Putri Suci Wulansari              122110101053                       
Shevi Dwi Ardiani                122110101054
Dwi Betari Karlina                122110101065
Nurul Hidayati                      122110101069
Artma N.P.A                         122110101139



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2013


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Penyediaan Air Bersih”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah Kesehatan Lingkungan.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
  1. Bapak Khoiron, S.KM., M.Kes., selaku dosen matakuliah kesehatan lingkungan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember.
  2. Orang tua penulis yang telah memberikan motivasi dan doa untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini.
  3. Rekan-rekan penulis yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam menyelesaiakn makalah ini.
  4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.


Penulis




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah...................................................................................... 1
BAB 2. TOPIK....................................................................................................... 2
BAB 3. PEMBAHASAN....................................................................................... 4
3.1    Upaya Mengatasi Masalah......................................................................... 4
3.2    Syarat dalam Penyediaan Air Bersih.......................................................... 6
BAB 4. PENUTUP................................................................................................. 14
4.1  Kesimpulan................................................................................................ 14
4.2  Saran ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Air merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan makhluk hidup. Makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat melanjutkan kelangsungan hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Sepertiga bagian bumi yang kita tempati terdiri dari air, itulah kenyataan yang kita yakni bahwa air sangat penting bagi kehidupan.
Terdiri dari beragam jenis air yaitu air laut, air sungai, dan danau (air tawar). Keberadaannya pun mengelilingi kehidupan kita baik di lingkungan dan juga dalam tubuh kita. Dalam tubuh orang dewasa sekitar 70% massa tubuh mengandung air di dalamnya. Organ penting seperti darah, hati, jantung, paru-paru bahkan otak tidak akan bisa bekerja tanpa adanya kandungan air. Pada saat tubuh mengalami dehidrasi, bukan hanya akan mengganggu aktifitas tubuh namun, juga dapat menyebabkan kematian. Jika kita pahami, manfaat air bagi kehidupan makhluk hidup menempati urutan kedua setelah oksigen karena seseorang mungkin bisa tahan dalam waktu lama dengan minum air tanpa makanan.
Itulah alasan mengapa air memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan. Di daerah rawan bencana, sering kita menjumpai masalah penyediaan air bersih. Padahal kita tahu bahwa air memiliki peran yang sangat penting. Oleh sebab itu, dalam makalah yang akan kami buat. Kami akan membahas mengenai penyediaan air bersih, terutama di daerah yang mengalami kekeringan saat musim kemarau tiba. Sehingga kita akan mengetahui bagaimana penyediaan dan pengolahan pada daerah yang rawan terhadap masalah kekurangan air bersih.

1.2.Rumusan Masalah
a.    Bagaimana upaya mengatasi masalah krisis penyediaan air bersih pada daerah rawan kekeringan?
b.    Bagaimana syarat dalam penyediaan air bersih yang sesuai dengan standar peraturan pemerintah?

BAB 2. TOPIK

25 Daerah Di Jatim Alami Krisis Air Bersih
Minggu, 22 September 2013, 18:15 WIB

Republika/Bowo S Pribadi

Musim kemarau panjang sebabkan krisis air bersih di sejumlah wilayah di Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, PACITAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Timur (Jatim) mengidentifikasi 25 daerah (kabupaten/kota) di wilayahnya yang mengalami krisis air bersih (kekeringan) selama beberapa pekan terakhir. "Jumlah tersebut sesuai dengan usulan permintaan bantuan. Hanya kota-kota seperti Surabaya atau Malang yang selama ini terhindar dari masalah ketersediaan air bersih selama musim kemarau," terang Kasi Rehabilitasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim Alwi Djunaedi usai berkunjung di Kabupaten Pacitan, Ahad (22/9).

Untuk bantuan droping air bersih sendiri didasarkan pada usulan yang masuk, baik ke pemerintah provinsi maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Djunaedi mengonfirmasikan bahwa pihaknya telah mengucurkan bantuan dana dan prasarana senilai Rp20 miliar untuk mengatasi krisis air bersih di sejumlah wilayah tersebut.

Namun, dia mengatakan bahwa bantuan itu bersifat sementara. Pemberian bantuan air bersih pada wilayah-wilayah rawan kekeringan di Jawa Timur sifatnya untuk jangka pendek tanpa dibarengi upaya penyediaan sarana sumber air baku, misalnya, pembangunan embung. "Belum (rencana pembangunan embung), kalau kami bangun pun belum tentu memecahkan masalah kekeringan," ujarnya.

Menurut dia, untuk mengatasi masalah kekeringan pada daerah-daerah rawan dalam jangka panjang, perlu koordinasi lebih intensif dengan instansi lain, salah satunya dengan Dinas Pekerjaan Umum atau Cipta Karya. Selain itu, keterlibatan pemerintah pusat melalui program penyediaan air bersih juga ikut membantu, khususnya pembangunan jaringan infrastruktur besar.

Selain menghadapi kekeringan, pihak BPBD Jatim juga tengah berkonsentrasi pada pembenahan sejumlah tanggul sungai yang kondisinya rusak. Apalagi, tak lama lagi musim hujan akan tiba dan potensi banjir mengintai. Tidak hanya tanggul sungai, kata dia, juga saluran dan jalan. Namun, untuk saluran akan dikoordinasikan dengan pihak berwenang.

Kondisi itu memaksa BPBD untuk bersiap melakukan perbaikan, terutama bila instansi terkait belum melakukannya. Dari inventarisasi, sejauh ini Kabupaten Lumajang menjadi wilayah dengan jumlah rehabilitasi tanggul terbanyak, yaitu 11 titik.

Redaktur : Nidia Zuraya

Sumber : Antara




BAB 3. PEMBAHASAN

Dalam topik yang kita pilih, memuat masalah mengenai krisis air bersih yang dialami oleh beberapa wilayah di Jawa Timur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengidentifikasi sekitar 25 daerah kabupaten/kota mengalami kekeringan. Masalah ini disebabkan oleh musim kemarau panjang selama beberapa pekan terakhir. Pihak pemerintah sudah berupaya memberikan bantuan sementara yang bersifat jangka pendek. Artinya, bantuan yang diberikan tidak sepenuhnya menangani masalah yang terjadi. Kemungkinan masalah ini dapat menjadi masalah yang berkepanjangan. Oleh sebab itu kita perlu memikirkan upaya-upaya lain terkait masalah krisis penyediaan air bersih.
3.1. Upaya Mengatasi Masalah
Membuat Bak Penampungan Sumber Air/Mata Air
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhkan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga. Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau, pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkan. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
Ada tujuh cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ketujuh cara tersebut diantaranya:
1.      Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
2.      Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
3.      Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
4.      Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
5.      Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
6.      Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
7.      Bak penampungan sumber air/mata air
Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
Keuntungan
1. Air dari sumber dapat ditampung sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.  Air yang diperoleh cukup bersih karena dapat dipergunakan untuk diminum. Selain diminum juga bisa dipergunakan untuk keperluan mencuci dan mandi.
3. Rumah-rumah yang dekat dengan bak penampungan tidak memerlukan bambu yang panjang, sehingga akan efesien waktu dan tenaga.

Kerugian
1.  Apabila musim kemarau, air yang ditampung hanya sedikit dan pemakaian supaya dihemat.

3.2. Syarat Dalam Penyediaan Air Bersih
Persyaratan air bersih menurut Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Sedangkan untuk air minum diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air Minum.
Air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
1.      Syarat Fisik: tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, terasa segar.
2.      Syarat Kimia:
a.       Derajat keasaman (Ph antara 6,5-9,2).
b.   Tidak boleh ada zat kimia berbahaya (beracun, kalaupun ada jumlahnya harus sedikit sekali).
c.       Unsur kimiawi yang diizinkan tidak boleh melebihi standar yang boleh ditentukan.
d.      Unsur kimiawi yang disyaratkan mutlak harus ada dalam air.
3.      Syarat Bakteriologis:
a.       Tidak ada bakteri atau virus kuman berbahaya (patogen dalam air).
b. Bakteri yang tidak berbahaya namun menjadi indikator pencemaran tinja (Coliformbacteria) harus negatif.
4.      Syarat Radioaktifitas: tidak ada zat radiasi berbahaya dalam air.
Pemeriksaan air yang lengkap untuk memenuhi standar air minum yang sehat terdiri atas:
1.      Survei saniter (sanitary survey): Survei saniter (sanitary survey) merupakan pengumpulan data dari tempat dan sumber persediaan air. Data yang dikumpulkan, antara lain, sumber pencemaran, cara distribusi air, dan informasi lain yang ada kaitannya dengan kepentingan sanitasi.  Survei harus dilakukan oleh orang yang terlatih dan memiliki keahlian di bidang sanitasi. Hasil-hasil pemeriksaan laboratorium harus dikonfirmasikan dengan data-data dari hasil survei sebelumnya sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sumber air yang telah diperiksa memang aman dan tidak berbahaya bagi masyarakat.
2.      Pengambilan sampel (sampling): Pengambilan sampel (sampling) yang baik merupakan kegiatan yang paling penting. Sampel yang diambil harus representatif atau mewakili dari sumber air yang akan diperiksa dan bebas dari kontaminasi. Teknik pengambilan sampel bergantung pada tujuan pemeriksaan, apakah untuk pemeriksaan bakteriologis atau kimia.
3.      Pemeriksaan laboratorium
Seperti telah disebutkan, ada beberapa tipe pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan fisik, kimia, bakteriologis, virologis, biologis, dan pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan Fisik
Karakteristik fisik dari air minum dinyatakan dalam satuan yang absolut dan respons yang subjektif. Variabel-variabel yang diperiksa di dalam pemeriksaan fisik ini, antara lain:
a.       Turbiditas (kekeruhan)
Air minum harus bebas dari kekeruhan. Turbiditas dapat diukur dengan alat yang disebut turbidimeter. Salah satu turbidimeter standar adalah Jackson Candle Turbidimeter. Sementara itu batasan turbiditas yang di perbolehkan adalah kurang dari 5 unit.
b.      Warna
Air yang bersih harus jernih atau tidak boleh berwarna. Pemeriksaan warna dapat dilakukan dengan kalorimeter. Batasan yang diperbolehkan untuk air minum adalah kurang dari 15 unit.
c.       Bau dan rasa
Air minum harus bebas dari bau dan rasa. Bau (odor) diukur secara subjektif terhadap air yang telah menjalani pencemaran serial. Pemeriksaan juga dilakukan pada larutan yang paling cepat encer, yang masih terdeteksi baunya. Jumlah pengenceran merupakan odor number dari air yang diperiksa.
Rasa adalah subjektivitas yang sulit dispesifikasikan. Respons terhadap rasa dan bau bersifat subjektif dan bercampuran sehingga sulit dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif. Nilai ambang bau (threshold odor number) adalah 3.
Pemerikasaan Kimia
Karakteristik kimia air minum ditentukan berdasarkan kandungan bahan-bahan kimia di dalamnya. International Standard of Drinking Water dari WHO membagi komponen bahan kimia dalam air menjadi 4 kelompok, yaitu:
1.      Bahan-bahan toksik
Batas maksimal (NAB) yang diperbolehkan (dalam satuan mg/l):
·         Arsenik 0,05
·         Kadmium 0,005
·         Sianida 0,05
·         Timbal 0,05
·         Merkuri 0,001
·         Selenium 0,01
Adanya substansi yang disebut di atas ini dengan konsentrasi melampaui batasan maksimal yang diperbolehkan pada air minum tidak diperkenankan untuk dipergunakan oleh masyarakat. Contoh: Penyakit Minamata akibat keracunan Mercury di Jepang.
2.      Substansi yang dapat menimbulkan bahaya untuk kesehatan
a.       Flourida
Dari zat-zat kimia yang mungkin terkandung di dalam air minum, flourida (F) merupakan zat kimia yang sifatnya unik karena memiliki dua konsentrasi batas (konsentrasi atas dan konsentrasi bawah) yang dapat menimbulkan efek yang merugikan dan yang menguntungkan terhadap gigi dan tulang. Konsentrasi flourida yang berlebihan dalam air minum untuk masa waktu yang lama dapat menimbulkan lourosis kumulatif endemik, berupa kerusakan tulang rangka pada anak dan orang dewasa. Bila konsentrasi flourida dalam air minum kurang dari 0,5 mg/l, dapat peningkatan insidensi penyakit karies gigi pada masyarakat. Flourida merupakan bahan esensial untuk mencegah karies gigi pada anak-anak. Batasan yang aman untuk lourida adalah 0,5-0,8 mg/l.
b.      Nitrat
Nitrat dalam konsentrasi >45 mg/l dapat membahayakan anak-anak dan menimbulkan metahemoglobinemia infantil.
c.       Polynuclear Aromatic Hydrocarbon
Zat ini dapat bersifat karsinogenik. Konsentrasinya dalam air minum <0,2 g/l.
3.      Bahan-bahan yang mempengaruhi potabilitas air
WHO membuat suatu kriteria bahan-bahan yang dapat mempengaruhi potabilitas air yaitu, batasan maksimal yang diperbolehkan:
·         perubahan warna 5 unit
·         perubahan bau (unobjectionable)
·         perubahan rasa (unobjectionable)
·         pH 7,0-8,5
·         total solid 500 mg/l
·         total hardness 2 mEq/l
·         besi 0,1 mg/l
·         mangaan 0,05 mg/l
·         tembaga 0,005 mg/l
·         zink 5,0 mg/l
·         kalsium 75 mg/l
·         magnesium 30 mg/l
·         sulfat (SO4) 200 mg/l
·         klorida 200 mg/l
·         substansi phenolic 0,001 mg/l
4.      Bahan kimia sebagai indikator pencemaran
a.       Klorida
Semua sumber air yang ada, termasuk air hujan, mengandung zat klorida. Kadar klorida bervariasi antar tempat sementara di daerah dekat laut, kadar klorida cenderung tinggi. Zat klorida dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran, yaitu dengan mengukur terlebih dahulu kadar klorida pada sumber air yang diperkirakan tidak mengalami pencemaran di sekitar lokasi sumber air yang akan di periksa. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar klorida yang lebih tinggi dibandingkan kadar klorida pada sumber air yang terdapat di sekitarnya, dapat di pastikan bahwa sumber tersebut telah mengalami pencemaran.
b.      Amonia bebas (free and saline ammonia)
Amonia bebas merupakan hasil proses dekomposisi benda-benda organik. Keberadaan amonia bebas dalam sumber air menunjukkan adanya pencemaran oleh kotoran binatang atau manusia. Batas amonia bebas yang diperbolehkan <0,05 mg/l di dalam air minum.
c.       Amonia albuminoid
Amonia albuminoid merupakan bagian dari proses dekomposisi benda-benda organik yang belum mengalami oksidasi. Sumber air tanah tidak boleh mengandung amonia albuminoid. Jika terjadi hasil pemeriksaan menunjukkan adanya perembesan dari limbah kotoran manusia, batas yang diperbolehkan 0,1 mg/l.
d.      Nitrit
Dalam keadaan normal, nitrit tidak ditemukan dalam air minum, kecuali dalam air yang berasal dari air tanah akibat adanya proses reduksi nnitrat oleh garam besi. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya nitir (walau konsentrasinya rendah), perlu dicurigai adanya pencemaran.
e.       Nitrat
Adanya nitrat dalam sumber air minum menunjukkan adanya bekas pencemaran yang lama dan batasan yang diperbolehkan tidak lebih dari 1 mg/l.
f.       Oxigen adsorbed
Kadar oksigen diabsorpsi oleh air dapat digunakan sebagai approximate test terhadap kadar oksigen yang diabsorpsi oleh bahan-bahan organik dalam air. Kadar oksigen yang diabsorpsi oleh air pada temperatur 37 dalam waktu 3 jam tidak boleh >1 mg/l.
g.      Dissolved oxygen
Kadar oksigen yang dilepaskan oleh air tidak boleh >5 mg/l. Pemeriksaan kimia lengkap hanya dapat dilakukan pada pemeriksaan sumber air baru, sedangkan dalam pemeriksaan rutin selanjutnya dapat dilakukan uji-uji semacam pemeriksaan pH, oxidizability, amonia, nitrit, nitrat, kloridam amonia albuminoid, dan zat besi.
Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologis merupakan pemeriksaan yang paling baik dan sensitif untuk mendeteksi kontaminasi air oleh kotoran manusia. Mikroorganisme yang sering diperiksa sabagai indikator pencemaran oleh feses, antara lain:
1.                 Organisme koliform
Organisme koliform merupakan organisme nonspora yang motil atau nonmotil, berbentuk batang, dan mampu memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada temperatur 37 dalam waktu 48 jam. Contoh tipikal koliform tinja adalah E.coli dan koliform nontinja adalah Klebsiella aerogeus. Keberadaan E. coli dalam sumber air merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia. Ada beberapa alasan mengapa organisme koliform dipilih sebagai indikator terjadinya kontaminasi tinja dibandingkan kuman patogen lain yang terdapat di saluran pencernaan manusia, antara lain:
  • Jumlah organisme koliform cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200 sampai 400 miliar organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Karena jarang sekali ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air memberi bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.
  • Organisme ini lebih mudah di deteksi melalui metode kultur (walaupun hanya terdapat 1 kuman dalam 100cc air) dibanding tipe kuman patogen lainnya.
  • Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen lainnya.
  • Organisme ini lebih resisten terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila koliform organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka akan diambil suatu kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga ditemukan dalam sampel air tersebut di atas walaupun dalam jumlah yang kecil.
2.                Streptokokus tinja
Organisme ini biasanya ditemukan di dalam tinja bersama dengan E.coli. Pada kasus-kasus yang tidak jelas streptokokus tinja ini dapat digunakan sebagai indikator untuk uji pembuktia (confirmatory test) adanya kontaminasi tinja manusia.
3.                Clostridium perfingens dan Clostridium welchii
Organisme ini biasa ditemukan dalam feses manusia dalam jumlah kecil. Sporanya dapat bertahan lama dalam air dan biasanya resisten terhadap dosis klorinasi normal. Keberadaan Cl. perfingens bersama E.coli dalam air menunjukkan terjadinya kontaminasi baru. Selabiknya, jika yang ditemukan hanya Cl. perfingens, kontaminasi terjadi setelah waktu berselang.
Pengujian yang biasa dilakukan pada pemeriksaan bakteriologis air, antara lain:
1.    Presumptive coliform test
a.     Multiple tube method
b.    Membrane Filtration Method
c.     Primary Health Care Tehnique
2.    Colony Count
3.    Pemeriksaan streptokokus tinja dan Cl. perfingens

Standar bakteriologis air minum menurut WHO:
  • Kapan saja sepanjang tahun, 95% dari sampel air yang diperiksa tidak boleh mengandung organisme koliform per 100 ml
  • Tidak satupun sampel air yang boleh mengandung E.coli per 100 ml.
  • Tidak ada dari sampel air yang boleh mengandung lebih 10 organisme koliform per 100 ml.

BAB 4. PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat melanjutkan kelangsungan hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Maka dari itu, ketika jumlah air dalam suatu daerah mengalami krisis seperti musim kemarau panjang maka kehidupan manusia akan sangat terganggu. Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan suatu alternatif pemecahan masalah seperti membuat bak penampung sumber air/mata air dan membuat sumur resapan.

4.2  Saran
Untuk pemerintah diharapkan dapat membuat dan mengoptimalkan program mengenai Penyediaan Air bersih dan diperlukan kerja sama dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaaan program.
Untuk masyarakat diharapkan mempunyai kesadaran untuk menjaga kelestarian alam sekitar sehingga kualitas ketersediaan air di daerah mereka tetap bagus dan tidak tercemar.

DAFTAR PUSTAKA
Budiman., & Suyono. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Chandra, Budiman. 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.
Handayani, Asti., Kuncoroyekti, Andre., Nu’man Afif., dkk. 2008. Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL.
Kartasapoetra, A.G. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu.
Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineke Cipta.
Purwanto, Eling., Pitojo., Setijo. 2003. Deteksi Pencemar Air Minum. Semarang: CV Aneka Ilmu.
Sarudji, Didik. 2006. Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Media Ilmu.
Sutrisno, Totok., dkk. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.