MAKALAH
PENYEDIAAN AIR BERSIH
Untuk Memenuhi
Tugas Akhir Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan
Disusun
oleh :
Kelompok:
1
Kelas:
C
Imas Noverika S.R 122110101052
Putri Suci Wulansari 122110101053
Shevi Dwi Ardiani 122110101054
Dwi Betari Karlina 122110101065
Nurul Hidayati 122110101069
Artma N.P.A 122110101139
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
JEMBER
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan
yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “ Penyediaan
Air Bersih”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah Kesehatan Lingkungan.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
- Bapak Khoiron, S.KM., M.Kes., selaku dosen matakuliah kesehatan lingkungan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember.
- Orang tua penulis yang telah memberikan motivasi dan doa untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini.
- Rekan-rekan penulis yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam menyelesaiakn makalah ini.
- Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah...................................................................................... 1
BAB 2. TOPIK....................................................................................................... 2
BAB 3. PEMBAHASAN....................................................................................... 4
3.1
Upaya Mengatasi
Masalah......................................................................... 4
3.2
Syarat dalam Penyediaan
Air Bersih.......................................................... 6
BAB 4. PENUTUP................................................................................................. 14
4.1
Kesimpulan................................................................................................ 14
4.2
Saran ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Air
merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan
makhluk hidup. Makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat melanjutkan
kelangsungan hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Sepertiga bagian bumi
yang kita tempati terdiri dari air, itulah kenyataan yang kita yakni bahwa air
sangat penting bagi kehidupan.
Terdiri
dari beragam jenis air yaitu air laut, air sungai, dan danau (air tawar).
Keberadaannya pun mengelilingi kehidupan kita baik di lingkungan dan juga dalam
tubuh kita. Dalam tubuh orang dewasa sekitar 70% massa tubuh mengandung air di
dalamnya. Organ penting seperti darah, hati, jantung, paru-paru bahkan otak
tidak akan bisa bekerja tanpa adanya kandungan air. Pada saat tubuh mengalami
dehidrasi, bukan hanya akan mengganggu aktifitas tubuh namun, juga dapat
menyebabkan kematian. Jika kita pahami, manfaat air bagi kehidupan makhluk
hidup menempati urutan kedua setelah oksigen karena seseorang mungkin bisa
tahan dalam waktu lama dengan minum air tanpa makanan.
Itulah
alasan mengapa air memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan. Di daerah
rawan bencana, sering kita menjumpai masalah penyediaan air bersih. Padahal kita
tahu bahwa air memiliki peran yang sangat penting. Oleh sebab itu, dalam
makalah yang akan kami buat. Kami akan membahas mengenai penyediaan air bersih,
terutama di daerah yang mengalami kekeringan saat musim kemarau tiba. Sehingga
kita akan mengetahui bagaimana penyediaan dan pengolahan pada daerah yang rawan
terhadap masalah kekurangan air bersih.
1.2.Rumusan
Masalah
a. Bagaimana
upaya mengatasi masalah krisis penyediaan air bersih pada daerah rawan
kekeringan?
b. Bagaimana
syarat dalam penyediaan air bersih yang sesuai dengan standar peraturan pemerintah?
BAB 2. TOPIK
25 Daerah Di
Jatim Alami Krisis Air Bersih
Republika/Bowo
S Pribadi
Musim
kemarau panjang sebabkan krisis air bersih di sejumlah wilayah di Tanah Air.
REPUBLIKA.CO.ID, PACITAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi
Jawa Timur (Jatim) mengidentifikasi 25 daerah (kabupaten/kota) di wilayahnya
yang mengalami krisis air bersih (kekeringan) selama beberapa pekan terakhir.
"Jumlah tersebut sesuai dengan usulan permintaan bantuan. Hanya kota-kota
seperti Surabaya atau Malang yang selama ini terhindar dari masalah
ketersediaan air bersih selama musim kemarau," terang Kasi Rehabilitasi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim Alwi Djunaedi usai berkunjung
di Kabupaten Pacitan, Ahad (22/9).
Untuk bantuan droping air bersih sendiri didasarkan pada usulan yang masuk, baik ke pemerintah provinsi maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Djunaedi mengonfirmasikan bahwa pihaknya telah mengucurkan bantuan dana dan prasarana senilai Rp20 miliar untuk mengatasi krisis air bersih di sejumlah wilayah tersebut.
Namun, dia mengatakan bahwa bantuan itu bersifat sementara. Pemberian bantuan air bersih pada wilayah-wilayah rawan kekeringan di Jawa Timur sifatnya untuk jangka pendek tanpa dibarengi upaya penyediaan sarana sumber air baku, misalnya, pembangunan embung. "Belum (rencana pembangunan embung), kalau kami bangun pun belum tentu memecahkan masalah kekeringan," ujarnya.
Menurut dia, untuk mengatasi masalah kekeringan pada daerah-daerah rawan dalam jangka panjang, perlu koordinasi lebih intensif dengan instansi lain, salah satunya dengan Dinas Pekerjaan Umum atau Cipta Karya. Selain itu, keterlibatan pemerintah pusat melalui program penyediaan air bersih juga ikut membantu, khususnya pembangunan jaringan infrastruktur besar.
Selain menghadapi kekeringan, pihak BPBD Jatim juga tengah berkonsentrasi pada pembenahan sejumlah tanggul sungai yang kondisinya rusak. Apalagi, tak lama lagi musim hujan akan tiba dan potensi banjir mengintai. Tidak hanya tanggul sungai, kata dia, juga saluran dan jalan. Namun, untuk saluran akan dikoordinasikan dengan pihak berwenang.
Kondisi itu memaksa BPBD untuk bersiap melakukan perbaikan, terutama bila instansi terkait belum melakukannya. Dari inventarisasi, sejauh ini Kabupaten Lumajang menjadi wilayah dengan jumlah rehabilitasi tanggul terbanyak, yaitu 11 titik.
Untuk bantuan droping air bersih sendiri didasarkan pada usulan yang masuk, baik ke pemerintah provinsi maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Djunaedi mengonfirmasikan bahwa pihaknya telah mengucurkan bantuan dana dan prasarana senilai Rp20 miliar untuk mengatasi krisis air bersih di sejumlah wilayah tersebut.
Namun, dia mengatakan bahwa bantuan itu bersifat sementara. Pemberian bantuan air bersih pada wilayah-wilayah rawan kekeringan di Jawa Timur sifatnya untuk jangka pendek tanpa dibarengi upaya penyediaan sarana sumber air baku, misalnya, pembangunan embung. "Belum (rencana pembangunan embung), kalau kami bangun pun belum tentu memecahkan masalah kekeringan," ujarnya.
Menurut dia, untuk mengatasi masalah kekeringan pada daerah-daerah rawan dalam jangka panjang, perlu koordinasi lebih intensif dengan instansi lain, salah satunya dengan Dinas Pekerjaan Umum atau Cipta Karya. Selain itu, keterlibatan pemerintah pusat melalui program penyediaan air bersih juga ikut membantu, khususnya pembangunan jaringan infrastruktur besar.
Selain menghadapi kekeringan, pihak BPBD Jatim juga tengah berkonsentrasi pada pembenahan sejumlah tanggul sungai yang kondisinya rusak. Apalagi, tak lama lagi musim hujan akan tiba dan potensi banjir mengintai. Tidak hanya tanggul sungai, kata dia, juga saluran dan jalan. Namun, untuk saluran akan dikoordinasikan dengan pihak berwenang.
Kondisi itu memaksa BPBD untuk bersiap melakukan perbaikan, terutama bila instansi terkait belum melakukannya. Dari inventarisasi, sejauh ini Kabupaten Lumajang menjadi wilayah dengan jumlah rehabilitasi tanggul terbanyak, yaitu 11 titik.
Redaktur : Nidia
Zuraya
|
Sumber : Antara
|
BAB 3. PEMBAHASAN
Dalam topik yang kita pilih, memuat
masalah mengenai krisis air bersih yang dialami oleh beberapa wilayah di Jawa
Timur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengidentifikasi sekitar 25
daerah kabupaten/kota mengalami kekeringan. Masalah ini disebabkan oleh musim
kemarau panjang selama beberapa pekan terakhir. Pihak pemerintah sudah berupaya
memberikan bantuan sementara yang bersifat jangka pendek. Artinya, bantuan yang
diberikan tidak sepenuhnya menangani masalah yang terjadi. Kemungkinan masalah
ini dapat menjadi masalah yang berkepanjangan. Oleh sebab itu kita perlu memikirkan
upaya-upaya lain terkait masalah krisis penyediaan air bersih.
3.1.
Upaya Mengatasi Masalah
Membuat Bak Penampungan Sumber
Air/Mata Air
Untuk daerah tropis seperti
Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhkan puluhan liter air bersih per hari
untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain.
Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain
seperti mandi, mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga. Untuk daerah
pedesaan yang kering di musim kemarau, pada waktu hujan hanya sedikit dan
persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air
yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar
berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit
yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan
tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak
jauh dari tempat tinggal.
Masalah kebutuhan air bersih dapat
ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan
dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah
ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia
atau alang-alang tidak memungkinkan. Namun pada rumah yang beratap genteng atau
seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang
air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat
penyimpanan.
Ada tujuh cara penyimpanan air yang
biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ketujuh cara tersebut diantaranya:
1.
Gentong penampungan air cara cetakan
(Kapasitas 250 liter)
2.
Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas
300 liter)
3.
Bak penampungan air bambu semen
(Kapasitas 2.500 liter)
4.
Bak penampungan air bambu semen
(Kapasitas 10.000 liter)
5.
Instalasi air bersih pipa bambu metode
tradisional
6.
Instalasi air bersih pipa bambu sistem
pengaliran tertutup
7.
Bak
penampungan sumber air/mata air
Umumnya
penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum,
genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena relatif murah, tahan lama,
konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung
tidak mudah tercemar.
Keuntungan
1. Air dari sumber dapat ditampung
sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Air yang diperoleh cukup bersih karena
dapat dipergunakan untuk diminum. Selain diminum juga bisa dipergunakan untuk
keperluan mencuci dan mandi.
3. Rumah-rumah yang dekat dengan bak
penampungan tidak memerlukan bambu yang panjang, sehingga akan efesien waktu
dan tenaga.
Kerugian
1. Apabila musim kemarau, air yang
ditampung hanya sedikit dan pemakaian supaya dihemat.
3.2.
Syarat Dalam Penyediaan Air Bersih
Persyaratan
air bersih menurut Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Sedangkan untuk air minum diatur
oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air Minum.
Air bersih harus memenuhi
beberapa persyaratan sebagai berikut:
1.
Syarat
Fisik: tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, terasa segar.
2.
Syarat
Kimia:
a.
Derajat
keasaman (Ph antara 6,5-9,2).
b. Tidak
boleh ada zat kimia berbahaya (beracun, kalaupun ada jumlahnya harus sedikit
sekali).
c.
Unsur
kimiawi yang diizinkan tidak boleh melebihi standar yang boleh ditentukan.
d.
Unsur
kimiawi yang disyaratkan mutlak harus ada dalam air.
3.
Syarat
Bakteriologis:
a.
Tidak
ada bakteri atau virus kuman berbahaya (patogen dalam air).
b. Bakteri
yang tidak berbahaya namun menjadi indikator pencemaran tinja (Coliformbacteria) harus negatif.
4.
Syarat
Radioaktifitas: tidak ada zat radiasi berbahaya dalam air.
Pemeriksaan
air yang lengkap untuk memenuhi standar air minum yang sehat terdiri atas:
1. Survei
saniter (sanitary survey): Survei saniter (sanitary survey) merupakan pengumpulan
data dari tempat dan sumber persediaan air. Data yang dikumpulkan, antara lain,
sumber pencemaran, cara distribusi air, dan informasi lain yang ada kaitannya
dengan kepentingan sanitasi. Survei harus dilakukan
oleh orang yang terlatih dan memiliki keahlian di bidang sanitasi. Hasil-hasil
pemeriksaan laboratorium harus dikonfirmasikan dengan data-data dari hasil
survei sebelumnya sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sumber air yang
telah diperiksa memang aman dan tidak berbahaya bagi masyarakat.
2. Pengambilan
sampel (sampling): Pengambilan sampel (sampling) yang baik merupakan kegiatan
yang paling penting. Sampel yang diambil harus representatif atau mewakili dari
sumber air yang akan diperiksa dan bebas dari kontaminasi. Teknik pengambilan
sampel bergantung pada tujuan pemeriksaan, apakah untuk pemeriksaan
bakteriologis atau kimia.
3. Pemeriksaan
laboratorium
Seperti
telah disebutkan, ada beberapa tipe pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan
fisik, kimia, bakteriologis, virologis, biologis, dan pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan Fisik
Karakteristik
fisik dari air minum dinyatakan dalam satuan yang absolut dan respons yang
subjektif. Variabel-variabel yang diperiksa di dalam pemeriksaan fisik ini,
antara lain:
a. Turbiditas (kekeruhan)Air minum harus bebas dari kekeruhan. Turbiditas dapat diukur dengan alat yang disebut turbidimeter. Salah satu turbidimeter standar adalah Jackson Candle Turbidimeter. Sementara itu batasan turbiditas yang di perbolehkan adalah kurang dari 5 unit.b. WarnaAir yang bersih harus jernih atau tidak boleh berwarna. Pemeriksaan warna dapat dilakukan dengan kalorimeter. Batasan yang diperbolehkan untuk air minum adalah kurang dari 15 unit.c. Bau dan rasaAir minum harus bebas dari bau dan rasa. Bau (odor) diukur secara subjektif terhadap air yang telah menjalani pencemaran serial. Pemeriksaan juga dilakukan pada larutan yang paling cepat encer, yang masih terdeteksi baunya. Jumlah pengenceran merupakan odor number dari air yang diperiksa.Rasa adalah subjektivitas yang sulit dispesifikasikan. Respons terhadap rasa dan bau bersifat subjektif dan bercampuran sehingga sulit dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif. Nilai ambang bau (threshold odor number) adalah 3.
Pemerikasaan Kimia
Karakteristik
kimia air minum ditentukan berdasarkan kandungan bahan-bahan kimia di dalamnya.
International Standard of Drinking Water dari WHO membagi komponen bahan kimia
dalam air menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Bahan-bahan toksikBatas maksimal (NAB) yang diperbolehkan (dalam satuan mg/l):· Arsenik 0,05· Kadmium 0,005· Sianida 0,05· Timbal 0,05· Merkuri 0,001· Selenium 0,01Adanya substansi yang disebut di atas ini dengan konsentrasi melampaui batasan maksimal yang diperbolehkan pada air minum tidak diperkenankan untuk dipergunakan oleh masyarakat. Contoh: Penyakit Minamata akibat keracunan Mercury di Jepang.2. Substansi yang dapat menimbulkan bahaya untuk kesehatana. FlouridaDari zat-zat kimia yang mungkin terkandung di dalam air minum, flourida (F) merupakan zat kimia yang sifatnya unik karena memiliki dua konsentrasi batas (konsentrasi atas dan konsentrasi bawah) yang dapat menimbulkan efek yang merugikan dan yang menguntungkan terhadap gigi dan tulang. Konsentrasi flourida yang berlebihan dalam air minum untuk masa waktu yang lama dapat menimbulkan lourosis kumulatif endemik, berupa kerusakan tulang rangka pada anak dan orang dewasa. Bila konsentrasi flourida dalam air minum kurang dari 0,5 mg/l, dapat peningkatan insidensi penyakit karies gigi pada masyarakat. Flourida merupakan bahan esensial untuk mencegah karies gigi pada anak-anak. Batasan yang aman untuk lourida adalah 0,5-0,8 mg/l.b. NitratNitrat dalam konsentrasi >45 mg/l dapat membahayakan anak-anak dan menimbulkan metahemoglobinemia infantil.c. Polynuclear Aromatic HydrocarbonZat ini dapat bersifat karsinogenik. Konsentrasinya dalam air minum <0,2 g/l.3. Bahan-bahan yang mempengaruhi potabilitas airWHO membuat suatu kriteria bahan-bahan yang dapat mempengaruhi potabilitas air yaitu, batasan maksimal yang diperbolehkan:· perubahan warna 5 unit· perubahan bau (unobjectionable)· perubahan rasa (unobjectionable)· pH 7,0-8,5· total solid 500 mg/l· total hardness 2 mEq/l· besi 0,1 mg/l· mangaan 0,05 mg/l· tembaga 0,005 mg/l· zink 5,0 mg/l· kalsium 75 mg/l· magnesium 30 mg/l· sulfat (SO4) 200 mg/l· klorida 200 mg/l· substansi phenolic 0,001 mg/l4. Bahan kimia sebagai indikator pencemarana. KloridaSemua sumber air yang ada, termasuk air hujan, mengandung zat klorida. Kadar klorida bervariasi antar tempat sementara di daerah dekat laut, kadar klorida cenderung tinggi. Zat klorida dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran, yaitu dengan mengukur terlebih dahulu kadar klorida pada sumber air yang diperkirakan tidak mengalami pencemaran di sekitar lokasi sumber air yang akan di periksa. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar klorida yang lebih tinggi dibandingkan kadar klorida pada sumber air yang terdapat di sekitarnya, dapat di pastikan bahwa sumber tersebut telah mengalami pencemaran.b. Amonia bebas (free and saline ammonia)Amonia bebas merupakan hasil proses dekomposisi benda-benda organik. Keberadaan amonia bebas dalam sumber air menunjukkan adanya pencemaran oleh kotoran binatang atau manusia. Batas amonia bebas yang diperbolehkan <0,05 mg/l di dalam air minum.c. Amonia albuminoidAmonia albuminoid merupakan bagian dari proses dekomposisi benda-benda organik yang belum mengalami oksidasi. Sumber air tanah tidak boleh mengandung amonia albuminoid. Jika terjadi hasil pemeriksaan menunjukkan adanya perembesan dari limbah kotoran manusia, batas yang diperbolehkan 0,1 mg/l.d. NitritDalam keadaan normal, nitrit tidak ditemukan dalam air minum, kecuali dalam air yang berasal dari air tanah akibat adanya proses reduksi nnitrat oleh garam besi. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya nitir (walau konsentrasinya rendah), perlu dicurigai adanya pencemaran.e. Nitrat
Adanya nitrat dalam sumber air minum menunjukkan adanya bekas pencemaran yang lama dan batasan yang diperbolehkan tidak lebih dari 1 mg/l.f. Oxigen adsorbedKadar oksigen diabsorpsi oleh air dapat digunakan sebagai approximate test terhadap kadar oksigen yang diabsorpsi oleh bahan-bahan organik dalam air. Kadar oksigen yang diabsorpsi oleh air pada temperatur 37 dalam waktu 3 jam tidak boleh >1 mg/l.g. Dissolved oxygenKadar oksigen yang dilepaskan oleh air tidak boleh >5 mg/l. Pemeriksaan kimia lengkap hanya dapat dilakukan pada pemeriksaan sumber air baru, sedangkan dalam pemeriksaan rutin selanjutnya dapat dilakukan uji-uji semacam pemeriksaan pH, oxidizability, amonia, nitrit, nitrat, kloridam amonia albuminoid, dan zat besi.
Pemeriksaan
Bakteriologis
Pemeriksaan
bakteriologis merupakan pemeriksaan yang paling baik dan sensitif untuk
mendeteksi kontaminasi air oleh kotoran manusia. Mikroorganisme yang sering
diperiksa sabagai indikator pencemaran oleh feses, antara lain:
1. Organisme koliformOrganisme koliform merupakan organisme nonspora yang motil atau nonmotil, berbentuk batang, dan mampu memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada temperatur 37 dalam waktu 48 jam. Contoh tipikal koliform tinja adalah E.coli dan koliform nontinja adalah Klebsiella aerogeus. Keberadaan E. coli dalam sumber air merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia. Ada beberapa alasan mengapa organisme koliform dipilih sebagai indikator terjadinya kontaminasi tinja dibandingkan kuman patogen lain yang terdapat di saluran pencernaan manusia, antara lain:
- Jumlah organisme koliform cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200 sampai 400 miliar organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Karena jarang sekali ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air memberi bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.
- Organisme ini lebih mudah di deteksi melalui metode kultur (walaupun hanya terdapat 1 kuman dalam 100cc air) dibanding tipe kuman patogen lainnya.
- Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen lainnya.
- Organisme ini lebih resisten terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila koliform organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka akan diambil suatu kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga ditemukan dalam sampel air tersebut di atas walaupun dalam jumlah yang kecil.
2. Streptokokus tinjaOrganisme ini biasanya ditemukan di dalam tinja bersama dengan E.coli. Pada kasus-kasus yang tidak jelas streptokokus tinja ini dapat digunakan sebagai indikator untuk uji pembuktia (confirmatory test) adanya kontaminasi tinja manusia.3. Clostridium perfingens dan Clostridium welchiiOrganisme ini biasa ditemukan dalam feses manusia dalam jumlah kecil. Sporanya dapat bertahan lama dalam air dan biasanya resisten terhadap dosis klorinasi normal. Keberadaan Cl. perfingens bersama E.coli dalam air menunjukkan terjadinya kontaminasi baru. Selabiknya, jika yang ditemukan hanya Cl. perfingens, kontaminasi terjadi setelah waktu berselang.Pengujian yang biasa dilakukan pada pemeriksaan bakteriologis air, antara lain:1. Presumptive coliform testa. Multiple tube methodb. Membrane Filtration Methodc. Primary Health Care Tehnique2. Colony Count3. Pemeriksaan streptokokus tinja dan Cl. perfingens
Standar bakteriologis air minum menurut WHO:
- Kapan saja sepanjang tahun, 95% dari sampel air yang diperiksa tidak boleh mengandung organisme koliform per 100 ml
- Tidak satupun sampel air yang boleh mengandung E.coli per 100 ml.
- Tidak ada dari sampel air yang boleh mengandung lebih 10 organisme koliform per 100 ml.
BAB
4. PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Air
merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga
per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari
4-5 hari tanpa minum air. Makhluk
hidup membutuhkan air untuk dapat
melanjutkan kelangsungan hidup, baik manusia, hewan
dan tumbuhan. Maka dari itu,
ketika jumlah air dalam suatu daerah mengalami krisis seperti musim kemarau
panjang maka kehidupan manusia akan sangat terganggu. Untuk mengatasi masalah
tersebut, dibutuhkan suatu alternatif pemecahan masalah seperti membuat bak
penampung sumber air/mata air dan membuat sumur resapan.
4.2
Saran
Untuk
pemerintah diharapkan dapat membuat dan mengoptimalkan program mengenai
Penyediaan Air bersih dan diperlukan kerja sama dan peran serta masyarakat
dalam pelaksanaaan program.
Untuk
masyarakat diharapkan mempunyai kesadaran untuk menjaga kelestarian alam
sekitar sehingga kualitas ketersediaan air di daerah mereka tetap bagus dan tidak
tercemar.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman., & Suyono. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.Chandra, Budiman. 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.Handayani, Asti., Kuncoroyekti, Andre., Nu’man Afif., dkk. 2008. Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL.Kartasapoetra, A.G. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT. Rineka Cipta.Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu.Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineke Cipta.Purwanto, Eling., Pitojo., Setijo. 2003. Deteksi Pencemar Air Minum. Semarang: CV Aneka Ilmu.Sarudji, Didik. 2006. Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Media Ilmu.Sutrisno, Totok., dkk. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/09/22/mtixyn-25-daerah-di-jatim-alami-krisis-air-bersih (diakses pada tanggal 3-12-2013)